Sulfikar Amir mengatakan alasan utama ketidaksiapan tersebut adalah indeks persepsi risiko masyarakat Jakarta yang masih rendah terhadap pandemi Covid-19 tersebut.
"Secara keseluruhan, warga DKI belum siap untuk memasuki era new normal, setidaknya sampai tingkat persepsi risiko cukup tinggi (di angka lebih dari 4)," ujar Sulfikar AMir.
Hasil survei indeks persepsi risiko yang diluncurkan oleh Laporcovid19.org bersama NTU Singapura sendiri menggunakan tolak ukur penerimaan warga Jakarta terhadap fenomena Covid-19.
Adapun dalam survei tersebut ditetapkan 6 variabel yang menjadi ukuran indeks persepsi risiko di daerah DKI Jakarta.
Variabelnya yaitu ekonomi, persepsi risiko, pengetahuan, informasi, sosial kolektif dan proteksi diri.
Sulfikar mengatakan, saat ini indeks persepsi risiko di masyarakat Jakarta hanya di angka 3,30 atau di dalam indikator kurang siap.
Ada beragam faktor yang membuat indeks persepsi risiko tersebut masih rendah dan yang paling tinggi adalah dampak ekonomi yang signifikan.
"Dampak ekonomi yang signifikan memengaruhi rendahnya persepsi risiko secara umum," kata dia.
Baca Juga: Kabar Gembira Buat Ojol! Asosiasi Bakal Bagikan Ribuan Partisi Gratis Nih
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | M Aziz Atthoriq |
Editor | : | Joni Lono Mulia |
KOMENTAR