“Maksudnya, kami ingin menyampaikan pesan bahwa dengan men-support brand lokal berarti lo sudah ambil andil terhadap kemajuan bangsa ini,” tegas founder Revolt Industry.
Baca Juga: Menyulap Spare Part Bekas Motor Listrik Jadi Kreasi Unik, Apa Saja?
Setelah menyelisik semakin dalam seluk-beluk bisnis kulit, Agung dan rekan-rekannya menyadari bahwa bisnis tersebut ternyata mendukung konsep keberlanjutan. Ini karena bisnis yang ia dalami tersebut ternyata membantu menyulap kulit sapi yang biasa dianggap limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Agung mengatakan, industri kulit merupakan industri yang sustainable. Kulit, dalam proses pemotongan hewan, menjadi barang yang paling akhir dilirik. Bahkan, banyak yang mengganggapnya sampah atau limbah.
“Kami olah kulit sapi yang dianggap limbah tersebut menjadi barang yang bernilai jual tinggi. Proses untuk membuat material kulit menjadi sebuah produk yang berkualitas itu panjang. Mungkin itulah mengapa satu produk fesyen berbahan kulit yang dihasilkan bisa dikatakan sangat berharga. Apalagi kami membuatnya secara handmade,” kata Agung.
Untuk semakin mendukung konsep keberlanjutan, Revolt Industry, kata Agung, tidak menyia-nyiakan material kulit yang dipunya. Semua material dimanfaatkan semaksimal mungkin supaya tidak ada yang terbuang.
“Mulai dari tahap pemotongan, kami mengerjakannya secara detail supaya tidak ada material yang terbuang sia-sia,” ujar Agung.
Agung menjelaskan, sisa material yang tidak terpakai juga dijadikan produk yang bernilai jual tinggi oleh Revolt Industry.
“Ada satu produk dibuat dari sisa-sisa potongan kulit yang kecil-kecil. Setelah jadi, terlihat cukup estetik dan ada harganya,” kata Agung.
Penulis | : | Nana Triana |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR