Ternyata ini semua hanya hoax.
Dilansir dari The Singapore Food Agency, isu yang telah disebutkan di atas adalah mitos dan tidak benar.
Menyebarkan isu tanpa berdasarkan fakta bisa memicu kebingungan di kalangan masyarakat.
Ini bisa menyebabkan masyarakat tidak bisa membedakan mana yang fakta dan mana yang mitos.
Faktanya, mi instan tidak dilapisi lilin.
Terdapat dua cara untuk mengawetkan mi instan, yaitu dengan high heat treatment dan digoreng.
Cara pertama dengan high heat treatment, memanfaatkan suhu tinggi untuk mengurangi kadar air di dalam mi.
Hal ini akan membuat permukaan mi melebar dan memberikan tampilan yang lebih mengilap.
Sedangkan cara kedua yaitu dengan digoreng.
Cara ini menggunakan cara deep frying untuk mengurangi kadar air dalam mi.
Namun, mi yang dikeringkan dengan cara ini, memiliki tampilan yang tidak terlalu mengilap dibandingkan dengan cara pertama.
Jadi, tidak benar bahwa mi dilapisi lilin di permukaannya.
Cara mengeringkan tersebut yang akan mempengaruhi tampilan mi.
Cara ini perlu dilakukan agar mi bisa menjadi makanan yang awet dan tahan lama untuk disimpan sebagai persediaan makanan.
Sedangkan isu bahwa mi tidak menempel satu sama lain, ini merupakan hasil dari proses pembuatan mi itu sendiri.
Mi mengalami proses pemotongan adonan hingga proses penggorengan yang telah disebut di atas.
Jadi, sehatkan mengonsumsi mi? Isu bahwa mi mengandung lilin memang tidak benar.
Namun, bukan berarti Anda bisa makan mi instan setiap hari.
Untuk memenuhi kebutuhan gizi harian, Anda tetap memerlukan makanan 4 sehat 5 sempurna.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Benarkah Mi Instan Mengandung Lilin?
KOMENTAR