Awalnya motor ini digunakan oleh korps Legiun Asing dan Korps Parasut militer Perancis.
Baca Juga: Bikin Melongo, Vespa Pertama Bisa Jalan di Laut, Tonton Videonya
Dalam kurun waktu 10 tahun, tepatnya 1956, Vespa telah diproduksi sebanyak 1 juta unit.
Selama era 1960 dan 1970, Vespa menjadi simbol dari revolusi pada saat itu.
Tidak hanya di Italia, tetapi gagasan dan filosofi Vespa sampai ke negara-negara Eropa lainnya bahkan hingga ke benua Asia dan Afrika.
Lalu sejak kapan Vespa mulai merambah di Indonesia?
Baca Juga: Akan Lebih Mahal Dari Vespa 946 Christian Dior, Dompet Sultan Bergetar
Vespa Kongo, adalah motor Vespa yang diberikan oleh pemerintah Indonesia kepada kontingen Pasukan Penjaga Perdamaian Indonesia bernama Garuda (KONGA), yang bertugas di Kongo pada 1957.
Motor tersebut diberikan sebagai penghargaan atas para personel KONGA yang telah bertugas membawa nama baik Indonesia sebagai Negara baru namun memiliki andil dalam memelihara perdamaian dunia.
Vespa Kongo tersebut memiliki berbagai macam tipe.
Dan menariknya tipe dan warna Vespa Kongo ditentukan oleh kepangkatan dalam militer.
Baca Juga: Sambut HUT RI Ke-76, Intip Gaya Presiden Soekarno di Atas Motor Klasik Ini
Vespa berwarna hijau dengan CC 150 untuk tentara dengan pangkat yang lebih tinggi, disusul dengan Vespa warna kuning dengan CC 125.
Vespa ini ternyata tidak diproduksi di Italia.
Ia diproduksi di Jerman di jerman, Vespa dibawa oleh Jacob Oswald Hoffman.
Hoffman adalah orang yang pertama membawa Vespa untuk diproduksi di Jerman, salah satunya adalah model Vespa Kongo.
Baca Juga: Lebih Mahal dari NMAX, Skutik Retro 150 cc Pesaing Vespa Meluncur di Negara Ini
Saat ini, Vespa masih eksis di jalanan Indonesia.
Memang produk ini melekat pada rakyat Indonesia, karena berkait erat dengan sejarah perjalanan bangsa Indonesia.
Sejak awal, harga Vespa memang lebih tinggi dari motor-motor pada umumnya.
Untuk saat ini Vespa matic dibanderol mulai 30 hingga 100 jutaan rupiah.
Ini yang membuat vespa mendapatkan motor premium.
Source | : | berbagai sumber |
Penulis | : | Erwan Hartawan |
Editor | : | Indra GT |
KOMENTAR