Bensa dibuata sama seperti Bio Solar untuk mendorong kemandirian energi dan mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM).
Bensa nantinya diarahkan tak hanya sekadar uji coba, tapi juga akan diproduksi massal.
Dadan Kusdiana Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM mengatakan, kini sedang proses penyempurnaan untuk masuk produksi massal.
"Sekarang masih proses pengembangan, masih dilakukan demo plant yang nantinya akan keluar parameter-parameter proses termasuk untuk desain pabriknya," ujar Dadan (4/2/2022) lalu.
Rencana produksi massal Bensa 238,5 kilo liter per hari ini akan dibangun di dua lokasi, yaitu Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan serta Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.
Bensa memiliki kualitas oktan lebih bagus dibanding bensin yang ada saat ini, bahkan lebih tinggi dibanding Pertamax Turbo yang memiliki RON 98.
Pada saat katalis masih segar, Bensa menghasilkan bahan bakar dengan Research Octane Number (RON) 115.
"Nantinya (Bensa) bisa dicampur dengan gasoline beroktan rendah, sehingga akan menaikkan nilai oktan bensin," ungkap Dadan.
Adapun gasoline beroktan rendah yang ada saat ini yaitu Pertalite dan kalau dicampur bensa oktanya bisa di atas Pertamax.
Pertalite memilik RON 90 dan Bensa RON 115 kalau dijumlahkan dan dibagi dua yaitu (90 + 115)/2 = 102,5.
Konversi minyak sawit industri (Industrial Vegetable Oil/IVO) jadi Bensa dilakukan dalam reaktor menggunakan katalis berbasis zeolite yang dikembangkan Pusat rekayasa Katalis (PRK ITB) dan Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalis (LTRKK ITB).
Sedangkan sumber bahan baku demo plant berasal dari tandan buah sawit yang diutamakan dari program replanting kebun rakyat dari Kabupaten Musi Banyuasin.
Bahan baku tersebut diolah jadi IVO dibangun di Kabupaten Musi Banyuasin oleh Tim Peneliti Teknik Kimia ITB bersama stakeholder terkait sebagai bagian riset terintegrasi yang juga dengan pendanaan BPDPKS dengan kapasitas 6 ton IVO/Jam.
KOMENTAR