Selain menggunakan aspal keras sekitar 6,5-7 persen, lapisan ini juga menggunakan serat selulosa sekitar 0,3-0,5 persen sebagai penstabil campuran, agregat kasar, agregat halus serta pengikat aspal.
Agregat halus yang digunakan harus bersudut atau berbentuk kubus dengan tekstur yang kasar.
Sifat ini akan memastikan partikel agregat yang membentuk campuran SMA tidak melunak pada saat kondisi panas.
Sedangkan ketebalan SMA di Sirkuit Mandalika adalah sekitar 4 sentimeter dengan ukuran nominal agregat kasar 10 milimeter.
Adapun pemilihan ukuran agregat tersebut sudah sesuai dengan spesifikasi ukuran normal yang berkisar antara 10 milimeter, 12 milimeter dan 14 milimeter.
Hasil akhir dari aspal dengan komposisi tersebut akan menyerupai kulit jeruk sunkist yang membuat kekesatannya tinggi, tahan fatique, tahan rutting dan sangat cocok untuk pengaspalan lintasan sirkuit.
“Tetapi menurut kami hasilnya kurang kasar,” tambah Purnomo.
Baca Juga: Simak Daftar Moge yang Dipakai Polisi di Indonesia, Franco Morbidelli Sempat Ngegas Salah Satunya
Sayangnya, produksi agregat bentuk kubik ini sulit karena harus berasal dari produk stone crusher yang merupakan kombinasi JAW crusher dan secondary cone crusher.
Oleh karena itu, terkadang masih terselip beberapa batu berbentuk pipih yang kurang sesuai jika digunakan sebagai campuran SMA.
Lebih lanjut, aspal yang digunakan untuk mengikat campuran agregat dan bahan lainnya adalah aspal performance grade 82 (PG 82).
Aspal ini mempunyai softening point atau titik lembek 72.
Artinya, aspal tidak akan memuai meskipun terkena panas hingga 72 derajat celcius sehingga agregat tetap terikat.
Baca Juga: Video Murid Valentino Rossi Bonceng Polisi Pakai Motor, Begini Perasaan Petugas Saat Dibonceng
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini Penyebab Serpihan Aspal Sirkuit Mandalika Menempel di Badan Alex Rins"
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Indra Fikri |
Editor | : | Indra GT |
KOMENTAR