"Saat itu semua motor sudah injeksi karena ngejar emisinya lulus Euro 3," sambungnya.
"Menurut spesifikasi bahan bakar yang berlaku internasional, tidak ada bensin yang RON di bawah 91," lanjutnya.
"Karena kalau RON di bawah 91 pasti pembakarannya akan menghasilkan emisi CO, HC dan NOX yang tinggi," tambahnya.
"Misal kita punya motor 2012, seharusnya tidak cocok menggunakan Premium," sambungnya.
"Tapi kenyataan pabrikan mengacu pada market, kalau konsumen banyak yang pakai Premium maka settingan motornya dibuat cocok pakai Premium," jelasnya.
"Jadi kalau misal banyak masyarakat pakai motor buatan 2012 sudah injeksi, lalu Premium digantikan Pertalite, saat servis bisa diubah (settingannya) ke Pertalite," sambung Prof. Yus.
"Misal ECU bawaannya sudah mengakomodir untuk variasi RON yang cukup luas, itu tidak jadi maslaah karena timing ignition bisa berubah," tambahnya.
Karena perbandingan kompresi mesin tidak diubah karena berhubungan dengan konstruksi mesin, maka timing ignition yang disesuaikan.
Timing ignition adalah waktu yang sudah diatur oleh ECU untuk memercikan api busi untuk membakar campuran bahan bakar dan udara.
Baca Juga: Bikin Bingung, Ternyata Ini Arti BBM Penugasan Seperti Pertalite yang Gantikan Premium
Jadi kapan busi dinyalakan menentukan detonasi atau tidak.
"kalau dibiarkan terjadi detonasi, nanti motornya cepat rusak dan tenaganya rendah serta bahan bakar boros," sambungnya.
"Atau kalau ECU tidak bisa mengakomodir timing ignition cukup jauh, maka bisa pakai ECU aftermarket sehingga saat pakai bensin Pertalite atau Pertamax jadi optimum," jelas Prof. Yus.
Penulis | : | Ardhana Adwitiya |
Editor | : | Aong |
KOMENTAR