Dia menilai lucu jika kenaikan harga BBM dan beberapa sembako dijadikan alasan menuding pemerintah gagal.
"Ingat dampak perang Rusia dengan Ukraina begitu besar terhadap perekonomian global, salah satunya migas yang mengerek naik, sehingga otomatis seluruh dunia mengalami suatu inflasi yang begitu dahsyat," ujarnya.
Dia mengatakan, Amerika Serikat dan China pun ikut mengalami inflasi tersebut.
"Saya kira menjadi lucu dan menjadi aneh ketika masalah kenaikan BBM yang diakibatkan dari efek domino dari perang Rusia dengan Ukraina, kemudian disalahkan atau dicap gagal karena Indonesia tidak bisa menekan harga global," jelasnya.
Dia menjelaskan harga minyak dunia melonjak sehingga jika harga BBM tidak dinaikkan, hal itu akan membebani APBN.
Kalau APBN mengalami perubahan, dampaknya terhadap sejumlah program pemerintah seperti bantuan sosial (Bansos) atau Bantuan Langsung Tunai (BLT) akan terganggu.
"Kalau kita tidak naikkan (harga BBM) akan terjadi subsidi yang sangat besar, sehingga dampaknya kepada program-program kerakyatan akan terganggu. Mana ada negara yang bisa menghindar terhadap kenaikan harga BBM akibat dampak perang Rusia dengan Ukraina, saya kira itu fakta ya," kata dia.
Dia mengajak menganalisa kenapa harga BBM di seluruh dunia naik atau mengalami inflasi.
"Ayo belajar terhadap situasi seluruh dunia. Kita percaya pemerintah akan berupaya keras terhadap kenaikan itu bisa ditekan meskipun inflasi pasti naik, harga BBM otomatis, tapi bagaimana agar kenaikan itu bisa disesuaikan dengan kondisi masyarakat saat ini," ujarnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "DPR: Harga BBM Layak Naik Agar Anggaran Subsidi APBN Tak Membengkak"
Source | : | Tribunnews.com |
Penulis | : | Galih Setiadi |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR