“Salah satu potensi kerja sama ekonomi Indonesia dan Sri Lanka saat ini antara lain adalah pemasaran motor listrik Indonesia," ungkap Dubes Dewi Tobing dikutip dari website kemlu.go.id.
"Mengingat Sri Lanka sedang gencar menggaungkan pemanfaatan dan pengembangan teknologi serta ekonomi ramah lingkungan yang berkelanjutan," sambungnya,
Selain motor listrik, ada potensi lain yakni di bidang aluminium.
Pada tahun 2021, impor Sri Lanka untuk aluminium mencapai sekitar US$ 427 juta.
"Produk aluminium Indonesia saat ini sudah mulai dilirik oleh pasar Sri Lanka dan memiliki potensi yang cukup kuat untuk menjadi salah satu sumber peningkatan ekspor Indonesia ke Sri Lanka," jelas Dubes Dewi.
Sri Lanka juga ingin menjadi bagian dari kerja sama yang saling menguntungkan, sehingga selain sebagai pasar, kedepannya kerja sama akan dikembangkan dalam bentuk kemitraan maupun joint venture.
Dari kerja sama tersebut, dapat didorong peningkatan ekspor Indonesia dalam bentuk intermediate goods atau semi-finished products untuk kebutuhan produksi industri Sri Lanka.
Dalam hal ini, Indonesia dapat memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh Sri Lanka sebagai hub maupun sebagai bagian dari perjanjian perdagangan bebas di kawasan Asia Selatan dan Tengah.
Lebih lanjut, Dubes Dewi Tobing menyampaikan kesiapan Indonesia untuk peningkatan kerja sama di bidang komoditi perkebunan termasuk dalam pemenuhan kebutuhan minyak nabati.
Indonesia siap berdiskusi untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman bagi pengembangan pertanian dan perkebunan yang berkelanjutan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sri Lanka Bangkrut, Cadangan BBM Hampir Habis, Apa Sebabnya?"
Source | : | Kompas.com,Kemlu.go.id |
Penulis | : | Ardhana Adwitiya |
Editor | : | Joni Lono Mulia |
KOMENTAR