MOTOR Plus-online.com - Enggak perlu khawatir pakai aplikasi MyPertamina lewat HP saat berada di SPBU disebut aman, ternyata ini alasannya.
Seperti yang brother tahu, lagi ramai soal pemakaian aplikasi MyPertamina untuk pembelian Pertalite.
Nantinya bakal dilakukan uji coba untuk pembelian Pertalite bagi yang terdaftar di MyPertamina.
Dari situ, muncul pertanyaan soal aplikasi MyPertamina yang dipakai lewat ponsel atau HP saat berada di SPBU.
Apalagi, larangan pemakaian HP saat pengisian BBM sering ditemukan di SPBU.
Menanggapi hal itu Peneliti dari Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi LIPI, Yuyu Wahyu angkat bicara.
Menurutnya, mengoperasikan ponsel untuk mengakses aplikasi MyPertamina untuk membeli Pertalite dan Solar di SPBU, terbilang aman.
"Setiap hari, kita dihujani gelombang elektromagnetik dari BTS (4G/5G), satelit, TV terestrial, dengan frekuensi yang berbeda-beda," kata Yuyu mengutip Kompas.com.
Baca Juga: Mulai 1 Juli 2022 Daftar MyPertamina Beli Pertalite Dapat QR Code Bisa Diprint atau Simpan di HP
"Tetapi selama ini aman karena memang sinyalnya memiliki daya kecil, yakni -100 dBm (decibel-milliwatts). Itu nggak apa-apa. Kalau tidak aman, sudah kebakaran," lanjutnya.
Ia mengatakan, aktivitas memindai barcode dengan kamera ponsel ketika hendak membayar BBM, juga dikalim aman dan tidak menimbulkan api yang bisa memicu kebakaran.
"Secara teknis aman, itu hanya optical atau pakai kamera saja. Jadi tidak ada transmisi power antara BTS/ponsel," kata Yuyu.
Adapun aktivitas yang berbahaya adalah ketika melakukan panggilan telepon di area SPBU.
Menurut Yuyu, ketika menerima atau melakukan panggilan telepon seluler, ada transmisi besar yang dipancarkan atau diterima oleh ponsel.
Pertamina menyampaikan bahwa pelarangan penggunaan HP di area SPBU sifatnya untuk mencegah pemakaian ponsel yang tidak bertanggungjawab, yang dapat menimbulkan keadaan darurat seperti percikan api.
Hal itu disampaikan Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga (Sub Holding Commercial & Trading Pertamina) Putut Andriatno.
"Dapat kami sampaikan, larangan penggunaan portable electronic product adalah untuk panggilan masuk atau keluar," ujarnya.
Baca Juga: Ciri Kendaraan yang Boleh dan Tidak Boleh Isi Pertalie pakai Aplikasi MyPertamina
Penggunaan aplikasi MyPertamina untuk membeli Pertalite atau Solar dengan melakukan panggilan telepon, memakai "mode" yang berbeda.
"(Keduanya) berbeda. Kalo kita menelepon orang ada transmisi besar lewat BTS. Kalau scan barcode MyPertamina ini beda modenya dan tidak ada transmisi sinyal ke BTS," kata Yuyu.
"Jadi, menurut saya aman (menggunakan aplikasi MyPertamina untuk membeli BBM di SPBU)," jelas Yuyu.
Malahan, bahaya penggunaan telepon di area SPBU juga bisa jadi berasal dari perangkat.
Misalnya, ada masalah pada komponen baterai ponsel yang menyebabkan munculnya percikan api yang bisa menimbulkan kebakaran.
"Yang saya khawatirkan itu justru apinya itu timbul dari handphone. Mungkin ada bad contact di sekitar baterai, kemudian ada percikan api," kata Yuyu.
"Sedikit saja (ada percikan api) itu kan bisa memicu kebakaran, karena di area SPBU itu ada uap bensin," imbuh dia.
Yuyu mengatakan kasus kebakaran di pom bensin akibat ponsel, sebetulnya jarang terjadi.
Namun, Yuyu juga tidak dapat menjamin sepenuhnya, bahwa penggunaan ponsel di area SPBU benar-benar aman dan bebas percikan api.
Menurutnya, hingga kini belum ada penelitian empiris yang membuktikan bahwa penggunaan ponsel di area SPBU itu dapat menyebabkan kebakaran atau tidak.
Oleh karena itu, Yuyu menyarankan agar pemerintah melakukan pilot test atau uji coba penggunaan aplikasi MyPertamina di SPBU menggunakan berbagai sampel jenis smartphone yang ada di pasaran.
"Saya juga menyarankan Pertamina untuk melakukan riset dan sertifikasi soal keamanan penggunaan ponsel di area SPBU," kata Yuyu.
Jadi, sebaiknya hindari panggilan telepon saat berada di SPBU ya bro!
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Buka HP untuk Akses MyPertamina saat di SPBU Diklaim Aman, Angkat Telepon yang Berbahaya"
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Galih Setiadi |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR