"Tentunya, wisatawan bisa tidak nyaman."
"Ada konsernya lagi, pasti berisik. Karena itu kami menolak acara trail digelar," ucap Suyanto.
Penolakan juga datang dari warga Desa Wonotoro, yang juga, pelaku jasa wisata, Sugeng Sudarmaji (37).
Menurut Sugeng, gelaran motor trail ini berpotensi merusak ekosistem alam.
Para peserta bisa saja masuk ke area konservasi dan merusak flora di dalamnya.
"Apa panitia menjamin bisa menghandle seluruh peserta yang hadir di acara dan tidak masuk ke area konservasi?" sebut Sugeng.
"Mereka akan kelimpungan, karena yang hadir ribuan peserta. Kami keberatan dan menolak acara ini digelar," sambungnya.
Baca Juga: Tukang Ojek Gunung Pakai Motor Modifikasi Ala Trail, Bikers Pernah Coba Gak Nih?
Warga Ngadisari lain, Sodiq (42) menyatakan tidak ingin acara tersebut malah merusak ekosistem alam di Bromo.
Selain itu, ia waswas nantinya ada peserta yang nyelonong masuk ke area sakral.
"Di kawasan lautan pasir ada area sakral. Tidak ada sosialisasi atau pembicaraan juga antara warga Tengger dengan panitia mengenai acara," ungkap Sodiq.
"Kami menolak acara trail ini digelar di kawasan Bromo," tutupnya.
Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Warga Tengger Tolak Adventure Trail di Bromo, Khawatir Menebar Debu, Bising dan Ganggu Kesakralan
Source | : | Surya.co.id |
Penulis | : | Indra Fikri |
Editor | : | Joni Lono Mulia |
KOMENTAR