"Kalau ke pasar, saya tidak bisa membeli makanan yang cukup untuk keluarga saya.Kalau harga BBM terus naik seperti ini, saya tidak bisa mengasuh orang tua atau menyekolahkan anak saya," kata Mohammed.
"Jika saya kehilangan pekerjaan, saya mungkin harus mulai mengemis di jalanan," sambungnya, kepada BBC dilansir pada Minggu (14/7/2022).
Banyak orang lain di negara berpenduduk lebih dari 168 juta orang ini menghadapi kesulitan serupa.
Seperti banyak negara lain, Bangladesh berada dalam kondisi yang sulit karena kenaikan harga minyak dunia setelah invasi Rusia ke Ukraina.
"Kita tahu kenaikan harga besar, tapi apa yang bisa kita lakukan jika biaya bahan bakar meningkat di luar negeri?" jelas Menteri Energi Bangladesh, Nasrul Hamid kepada BBC Bangla.
Menolak tuduhan salah urus ekonomi oleh pemerintah, Hamid mengatakan pemerintahannya telah memberikan subsidi untuk menghindari kenaikan di masa lalu, tetapi kenaikan sekarang tidak dapat dihindari.
"Jika harga global turun pada titik tertentu, kami akan mencoba melakukan beberapa penyesuaian," tambahnya.
Setelah berita kenaikan diumumkan minggu lalu, ribuan orang menggelar protes di pompa bensin di seluruh negeri.
Hal ini mengingatkan pada krisis Sri Lanka, menyerukan agar kenaikan itu dibatalkan.
Protes di Bangladesh terjadi secara sporadis, tetapi kemarahan dan kebencian semakin meningkat.
Meski demikian, Menteri Energi Bangladesh yakin negaranya akan terhindar dari nasib Sri Lanka, meski cadangan devisanya turun.
Pada Juli, Bangladesh yang ekonominya sempat dipuji sebagai salah satu yang tumbuh paling cepat di dunia, menjadi negara Asia Selatan ketiga yang mencari pinjaman dari Dana Moneter Internasional (IMF), setelah Sri Lanka dan Pakistan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Harga BBM Naik 50 Persen dalam Seminggu di Bangladesh, Warga: Mungkin Harus Mengemis di Jalan"
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Indra Fikri |
Editor | : | Aong |
KOMENTAR