"Bagaimana kita menekan subsidi dari Rp 502 triliun ke Rp 366 triliun, memang tidak ada cara lain, tapi ini belum menjadi penugasan ke kami. BBM Pertamax itu harganya Rp 12.500, di Shell itu harganya Rp 17.000, jadi Pertamax-pun di subsidi pemerintah," lanjut Erick.
Erick mengatakan pihaknya masih belum dapat mengungkapkan terkait rencana kedepannya pemerintah dalam menyikapi susutnya anggaran energi tersebut.
Hal ini, karena belum ada rapat lanjutan terkait dengan pembahasan subsidi kedepannya.
"Belum ada rapat kelanjutan, kalau misal sudah ada kebijakan pemerintah, mungkin saya bisa sampaikan," tegas dia.
Sebelumnya, Anggota Komisi VI Fraksi PDIP, Rieke Diah Pitaloka mempertanyakan, apa yang menjadi alasan pemerintah menaikan harga BBM yang disubsidi.
Dia bilang, jika mengacu pada harga minyak dunia yang naik, saat harga minyak dunia turun, harga BBM-pun tidak mengalami penurunan.
Baca Juga: Pertalite Naik Rp 10.000 Mepet Harga Pertamax Punya Kualitas Lebih Baik, Simak Kelebihannya
"Subsidi Rp 502 triliun itu fantastis, kami sepakat dengan teman-teman DPR lainnya, memutuskan sebelum menaikkan harga BBM, harus perbaiki dulu data penerima subsidi yang terintegrasi yang sejatinya adalah masyarakat miskin dan tidak mampu," ujar Rieke.
Ia juga menolak, jika kenaikan harga BBM dilakukan tanpa adanya transparansi data penerima subsidi yang akurat dan jelas.
“Kami minta Kementerian BUMN membuka datanya, sebenarnya data itu akurat atau tidak? Kalau tidak berarti ada penyimpangan. Jika data subsidi BBM belum jelas, transparan, dan akurat, saya secara pribadi menolak kenaikan BBM subsidi,” tegas dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Erick Thohir: Pemerintah Tidak Hilangkan Subsidi BBM, tapi Hanya Dikurangi"
Penulis | : | Aditya Prathama |
Editor | : | Aong |
KOMENTAR