“Jadi kita nombok Rp 6.800 per liter ke Pertamina. Itulah yang disebut subsidi dan kompensasi,” ujar Sri Mulyani saat Rapat Kerja dengan Komite IV DPD RI, Kamis (25/8).
Begitupun dengan solar, saat ini telah harganya mencapai Rp 18.150 per liter.
Sementara Pertamina menjualnya dengan harga Rp 5.150 per liter.
Padahal Sri Mulyani bilang, dengan asumsi ICP dan nilai tukar rupiah yang sama, maka harga keekonomian solar harusnya sekitar Rp 13.950.
Sehingga ada selisih sekitar Rp 8.300 per liter yang harus dijamin pemerintah lewat kompensasi kepada Pertamina.
Adapun volume kuota solar dialokasikan mencapai 15,1 juta kilo liter, dan hingga Juli 2022 volume konsumsinya sudah terserap 9,88 juta kilo liter.
Sehingga saat ini kuotanya hanya tersisa kurang lebih 5,22 juta kilo liter.
“Jadi kalau mengikuti tren ini, kuota solar Oktober akan habis,” jelasnya.
Baca Juga: Pertalite Naik Jadi Rp 10 Ribu, Dampak Buruk Jika Motor Kelamaan Pakai RON Rendah
Source | : | Kontan.co.id |
Penulis | : | Yuka S. |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR