Kalau mengikuti tren konsumsi tersebut, maka sebelum akhir tahun kuota Solar sudah habis.
"Jadi kalau ikuti tren ini, bulan Oktober habis kuotanya itu (Solar)," ujarnya.
Sri Mulyani juga mengatakan, konsumsi Pertalite dan Solar yang sudah hampir memenuhi batas kuota itu, lebih banyak dinikmati orang kaya.
Ini artinya hanya sedikit dari anggaran subsidi dan kompensasi BBM yang dinikmati oleh orang miskin.
Ia menjelaskan, dari anggaran subsidi dan kompensasi energi tahun ini yang ditetapkan sebesar Rp 502,4 triliun, di antaranya mencakup alokasi untuk Pertalite sebesar Rp 93 triliun dan alokasi untuk Solar sebesar Rp 143 triliun.
Namun sayang, anggaran Pertalite dan Solar itu malah lebih banyak dinikmati oleh orang kaya.
Baca Juga: Perbandingan Harga Pertalite yang Bakal Naik dengan Harga BBM di Malaysia, Bikin Kaget
Hal ini disebabkan banyak orang dengan daya ekonomi yang mampu lebih memilih mengonsumsi BBM bersubsidi.
"Solar dalam hal ini dari Rp 143 triliun itu sebanyak 89 persen atau Rp 127 triliunnya yang menikmati adalah dunia usaha dan orang kaya," ungkapnya.
Sama dengan Pertalite dari anggaran Rp 93 triliun yang dialokasikan, sekitar Rp 83 triliun dinikmati oleh orang kaya.
Masyarakat yang memang berhak mendapat subsidi dan kompensasi energi hanya menikmati sedikit.
"Dari total Pertalite yang kita subsidi itu Rp 83 triliunnya dinikmati 30 persen terkaya," ujarnya.
Oleh sebab itu, pemerintah saat ini tengah berupaya untuk membuat kebijakan yang mendorong konsumsi Pertalite dan Solar bisa tepat sasaran.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sri Mulyani: Kuota Pertalite Habis September, Solar Habis Oktober"
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Yuka S. |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR