Bagaimana cara kerjanya? Lebih lanjut pria ramah yang bekerja di Astra Honda Training Center ini memberikan penjelasan.
“Kerjanya dengan membaca speed sensor yang dikombinasi pemakaian bensin di injektor yang diatur oleh ECM,” terangnya
Nah, dari dua input informasi itu, diteruskan dalam bentuk sorot lampu kecil berwarna hijau yang bisa mati dan nyala.
Bahkan ketika nyala pun kadang terang kadang redup. Menurut Endro, ada 3 kondisi eco indicator ini yang punya arti berbeda.
Pertama kondisi lampunya mati. Lampu mati ketika mesin stasioner, kecepatan kurang dari 3 km/jam atau lebih dari 67 km/jam.
Bisa juga karena speed sensor rusak dan saat quick open throttle atau gas dibuka secara brutal.
Pada kondisi ini konsumsi bensin rata-rata diklaim hanya 34 km/liter. Tak terlalu hemat ya, karena memang kecepatan sudah di atas 67 km/jam.
Kondisi kedua eco indicator adalah menyala redup. Ini dalam kondisi kecepatan antara 3 km/jam sampai 67 km/jam dengan bukaan gas sedang.
Konsumsi bensin sekitar 34-63 km/liter, nah mantab, bisa sangat hemat jika konsisten dengan gaya berkendara seperti ini.
Terakhir eco indicator menyala terang, kecepatan sama antara 3 km/jam sampai 67 km/jam.
Namun dengan bukaan gas lebih perlahan atau kalem dan tak terlalu besar. Konsumsi. Bensin diklaim bisa lebih dari 63 km/liter. Wah bedanya jauh ya!
Lalu berapa hasil test yang diraih oleh tim OTOMOTIF TV? Berkendara tanpa memperhatikan eco indicator, konsumsi BBM 51 km/liter.
Sedang ketika riding kalem dengan selalu mengusahakan eco indicator menyala terang, hasilnya bisa mendapatkan 63 km/liter. Wow beda tipis sama klaim Honda.
Untuk lebih jelasnya, bisa langsung tonton videonya;
Penulis | : | Dimas Pradopo |
Editor | : | Aong |
KOMENTAR