"Kasus yang dalam penanganannya melibatkan dua institusi yaitu FBI (Federal Bureau of Investigation, Red) dan Polda Jawa Timur dengan tim siber Ditreskrimsus (Direktorat Reserse Kriminal Khusus, Red) ini menurut Kapolda Jatim, Nico Afinta mengatakan bahwa data pribadi tersebut digunakan untuk mencairkan dana PUA (Pandemic Unemployment Assistance) atau dana bantuan untuk pengangguran warga negara Amerika senilai USD 2000 setiap satu data orang dan juga untuk dijual lagi seharga USD 100 setiap satu data orang," ujar Eko dikutip dari webiste resmi Unair.
Tak hanya itu, kedua mahasiswa Unair tersebut mendapatkan informasi data yang berhasil didapat pelaku lewat percakapan WhatsApp dan Telegram berjumlah 30.000 data.
Lewat laman resminya, DMV California mengingatkan pihaknya tidak meminta informasi pribadi lewat teks atau email.
"Kami menawarkan layanan online yang aman dan mengirim pesan teks untuk beberapa layanan, tetapi tidak pernah meminta informasi pribadi di luar akun DMV aman yang diakses oleh pelanggan," ujar Direktur DMV, Steve Gordon.
Dalam website resminya juga, DMV tidak mengirimkan permintaan informasi yang tidak diminta kepada pelanggan.
Departemen merekomendasikan pelanggannya mengabaikan atau menghapus teks atau email yang tidak diminta yang meminta informasi pribadi atas nama DMV.
Sebagian artikel ini telah tayang di Unair.ac.id berjudul "Sukses Bongkar Kasus Pemalsuan Website, Dua Mahasiswa Sekolah Pascasarjana UNAIR Jadi Pembicara di FBI Amerika Serikat"
Source | : | Unair.ac.id,Department of Motor Vehicles (DMV) California |
Penulis | : | Galih Setiadi |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR