Harga tersebut jauh lebih murah dibandingkan Pertalite oktan 90 yang sama-sama disubsidi pemerintah yang dijual Rp 10.000/liter.
Selain itu, BHS juga membandingkan jumlah total subsidi pemerintah Malaysia dan Indonesia pada tahun 2022.
Sebagaimana data yang diperoleh, anggaran BBM di Malaysia sebesar 30 miliar ringgit atau setara Rp 99 triliun.
"Jumlah tersebut untuk mensubsidi kebutuhan 15.5 juta mobil dan 17.5 juta motor dengan konsumsi BBM Oktan 95 demikian juga Diesel juga disubsidi untuk angkutan logistik dan publik tanpa batasan kuota."
"Sedangkan di Indonesia, Pemerintah mensubsidi BBM Pertalite dengan Oktan 90 dan Biodiesel berkualitas rendah untuk angkutan publik dan logistik massal sebesar 650 triliun rupiah di tahun 2022 yang disediakan untuk kendaraan berjumlah 15,6 juta mobil dan 112 juta motor, dengan aturan batasan kuota. Dan bahkan beberapa daerah sulit untuk mendapatkan BBM subsidi di sebagian besar wilayah Indonesia" ungkap BHS.
Meringkas kembali pernyataan BHS, dengan anggaran subsidi BBM 2022 Rp 99 triliun pemerintah Malaysia dapat mencukupi kebutuhan 15,5 juta mobil dan 17,5 juta motor dengan BBM oktan 95 berserta diesel tanpa ada batasan kuota.
Sedangkan di Indonesia, pemerintah menganggarkan subsidi BBM sebesar Rp 650 triliun pada 2022 untuk 15,6 juta mobil dan 112 juta motor dengan aturan pembatasan kuota.
Baca Juga: Motor Males Antri Pertalite Beralih Pakai Pertamax Resiko Dibongkar Mekanik Bengkel Resmi
Artikel ini telah tayang di TribunPontianak.co.id dengan judul Pengamat Bambang Haryo Sebut Dibanding Malaysia, Total Subsidi BBM di Indonesia Tidak Rasional
Source | : | TribunPontianak.co.id |
Penulis | : | Ilham Ega Safari |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR