Ia mengatakan, perbedaan kondisi sebelum dan sesudah harga Pertalite naik hanya pada banderolnya saja.
"Mau murah mau mahal kalau beli di SPBU ya harus tetap ngantre karena di sini lah yang paling murah dari yang lain," keluhnya.
Ia mengaku tidak punya pilihan lain, membeli di eceran pun harganya lebih mahal.
Harga Pertalite eceran hampir menyamai harga Pertamax di SPBU yang terbilang mahal.
"Kalau beli di eceran tanggung lebih baik beli Pertamax langsung kualitas lebih bagus, harga beda tipis, makanya saya lebih milih ngantre panjang," tandasnya.
Hal senada juga diutarakan Maya warga Kecamatan Pangkalbalam.
Menurutnya ia lebih memilih pertalite di SBU ketimbang di eceran yang selisihnya bisa mencapai Rp 3.000.
Baca Juga: Waduh Pertalite dan Pertamax Langka di Bulungan, Ini Penyebabnya Disampaikan Pertamina
"Kalau emak-emak ini selisih berapapun itu jadi perhitungan, apalagi kita itu pasti belinya gak cuman 1 liter minimal 3 literlah itu selisihnya saja sudah 9 ribu," jelasnya.
Lebih lanjut kata Maya, mengantre di SPBU merupakan hal yang lumrah baginya, sehingga ia sudah terbiasa.
"Kalau antrenya tidak masalah sebenarnnya, cuman kalau harga ini turun lagi kan lebih baik jadi mengurangi beban, tapi kalau sudah antre yang benar-benar panjang mana panas pula itu saya kesel," ucap Maya.
Namun di sisi lain, terkadang ibu rumah tangga itu mengakui tak jarang beli eceran apalagi dalam kondisi tertentu yang mendesak.
"Misalkan antre di SPBU panjang, bensin sekarat daripada nunggu lama lebih baik beli eceran daripada kita dorong motor kan," jelasnya.
Ia juga berharap agar pihak SPBU meningkatkan fasilitas pelayanannya, sebab terkadang jalur distribusi pertalite itu hanya dibuka satu jalur sehingga antrian cukup panjang mengular.
"Kalau antre panjang itu saya rasa karena hanya dibuka satu jalur, kalau buka 2 jalur lah minimal itu pasti kan tidak terlalu panjang," harapnya.
Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com dengan judul "Sering Antre Panjang di SPBU, Sejumlah Masyarakat di Kota Pangkalpinang Akui Kesal"
Source | : | Bangkapos.com |
Penulis | : | Galih Setiadi |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR