Setelah berhasil menemukan motor sasarannya.
Keduanya, langsung membagi tugas dalam mencuri motor.
Saniyah akan mengambil alih motor sarana aksinya itu, sedangkan Taufiq yang bertindak sebagai eksekutor pencurian motor, membawa kabur motor curiannya.
"Dia akan pastikan keadaan lingkungan sepi, lalu dipetik. Menggunakan kunci T," ujar Kasubdit III Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim AKBP Lintar Mahardhono, di Mapolda Jatim, Jumat (18/11/2022).
Ternyata, dengan modus tersebut, Lintar menambahkan, keduanya mengaku, telah berhasil mencuri motor di delapan tempat kejadian perkara (TKP) kawasan Kota Malang.
"Pelaku laki-laki dan perempuan ini, pengakuannya 8 TKP. Diduga mereka lebih banyak," pungkasnya.
Tersangka Taufiq mengaku, dirinya dengan Saniyah baru satu tahun menjalani hubungan sebagai sepasang kekasih.
Selama ini, ia tidak pernah memaksa sang pacar untuk mengikutinya menjalankan aksi pencurian motor.
Saniyah, atau sang pacarnya itu, tidak pernah menolak tatkala diajak berkeliling untuk mencari motor sasaran pencurian.
"Pacaran baru 1 tahun, iya saya ajak, enggak saya paksa. Iya (dia mau)," ujarnya saat ditanyai TribunJatim.com.
Setelah beraksi, Taufiq mengaku, akan menjualnya ke seorang penadah secara langsung atau utuh di Kabupaten Pasuruan.
Sebuah motor hasil curian, akan dijualnya dengan harga kisaran tiga juta rupiah.
Baca Juga: Waduh, Masuk Penjara Gara-gara Beli Motor Murah Yamaha Mio Jadul, Kok Bisa?
Uang hasil menjual motor curiannya itu, akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
"Saya jualnya ke Pasuruan, sekitar tiga juta, iya buat kebutuhan hidup," pungkas Taufiq.
Taufiq dan Saniyah merupakan dua diantara 16 orang pelaku kejahatan pencurian motor yang berhasil dibekuk anggota Tim Jatanras Polda Jatim dengan Satreskrim Polres jajaran di sembilan kabupaten dan kota.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Perempuan di Malang Tak Menolak Diajak Pacar Berondongnya Curi Motor, Kini Mendekam di Tahanan
Source | : | Tribunnews.com |
Penulis | : | Albi Arangga |
Editor | : | Joni Lono Mulia |
KOMENTAR