Yudo Margono anak seorang petani
Dikutip dari Tribun Jakarta, Yudo Margono adalah lulusan Akademi Angkatan Laut (AAL) tahun 1988.
Sebelum menjadi prajurit TNI AL, Yudo harus merasakan perjuangan berat di masa remajanya.
Perjuangan hidupnya itu disampaikan Yudo saat memberikan pesan kepada para pemuda yang juga bermimpi menjadi anggota TNI dalam Serbuan Vaksinasi TNI AL di Balai Samudra, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (2/11/2021) petang.
Pria kelahiran 26 November 1965 itu awalnya menegaskan bahwa pendaftaran masuk TNI sama sekali tidak dipungut biaya.
Hanya saja, Yudo tak memungkiri bahwa nantinya calon pendaftar bisa mengeluarkan biaya tertentu untuk kepentingan pribadi.
Baca Juga: Video Pelajar SMP Pakai Motor Honda BeAT Ngamuk Ditegur Polisi Di Sidoarjo, Begini Endingnya
Misalnya untuk transportasi, makan, atau penginapan selama proses pendaftaran.
Saat menyinggung biaya itu lah Yudo menceritakan perjuangannya masuk TNI.
Pada sekitar tahun 1980-an, Yudo muda yang merupakan putra asli Madiun, Jawa Timur, berkeinginan masuk tentara untuk membela negara.
Saat itu, pendaftaran TNI dibuka di kota Surabaya, sehingga otomatis Yudo harus menempuh perjalanan jauh untuk mengejar mimpinya.
Dari Madiun ke Surabaya, Yudo yang mengaku anak petani 'mleni' (tulen), harus mengeluarkan ongkos pulang-pergi naik bus serta untuk makan sehari-hari.
Perjuangannya tak sampai di situ, Yudo harus rela tidur di masjid selama proses pendaftaran karena dirinya tak punya kerabat di Surabaya.
"Kayak saya, rumah Madiun daftarnya pas itu di Surabaya. Akhirnya saya ngeluarin duit buat naik bus pulang pergi untuk makan," kata Yudo.
"Terus saya waktu itu tidur di masjid karena kan memang nggak ada saudara. Mungkin ya seperti itu," sambungnya.
Baca Juga: Panglima TNI Jendral Andika Perkasa Kunjungi Sirkuit Mandalika, Intip Videonya
Singkat cerita, Yudo akhirnya masuk Akademi Angkatan Laut dan menjadi lulusan tahun 1988.
Ia merupakan salah satu prajurit terbaik TNI AL yang masuk ke akademi militer secara murni.
"Kayak saya, katanya saya anaknya petani mleni, nggak bisa masuk Angkatan Laut. Kalau saya bayar mungkin bapak ibu saya sudah jual sawah habis itu," celetuknya.
Penulis | : | Ahmad Ridho |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR