Untuk komponen biaya termahal adalah baterai yang dihargai sekitar Rp 7,5 juta.
“Bisa gak baterai ini dipikirkan untuk digendong itu kan bisa memangkas biaya konversi menjadi separuhnya. Memang kami sudah survey ke masyarakat kasih kuesioner kalau (biaya konversi) Rp 5 juta sampai Rp 6 juta tidak keberatan,” ungkapnya.
Kalau konversi motor listrik makin menjamur, Arifin mengatakan industri komponen dalam negeri juga akan semakin banyak.
Selain itu, UMKM perbengkelan juga akan dibina melalui pelatihan.
Hingga saat ini, Arifin belum bisa terbuka soal mekanisme subsidi kendaraan listrik tersebut.
Ia hanya mengatakan, alokasi subsidi bakal ditentukan oleh Kementerian Keuangan yang pastinya mempertimbangkan manfaatnya secara makro ekonomi.
Belum lama ini, pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) sedang merancang skema subsidi untuk membiayai pembelian motor listrik.
Baca Juga: Motor Listrik Jadi Kendaraan Dinas Akan Ditambah, BUMN Pantau Gesits
Ada rencana subsidi itu senilai Rp 6,5 juta per unit motor listrik.
Sehubungan hal ini, Kementerian ESDM turut memberikan respon untuk mendorong subsidi ini untuk program konversi motor listrik.
Kementerian ESDM telah menargetkan bisa mengkonversi 1.000 motor listrik di sepanjang 2022 setelah berhasil melakukan konversi 100 unit di 2021.
Namun hingga dengan September 2022, baru ada 120 unit motor yang dikonversi dan diuji coba untuk jarak 10.000 kilometer.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Konversi Motor Listrik, Pemerintah Kaji Opsi Subsidi Baterai"
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Yuka S. |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR