Agar meredam efek wheelie saat balap terutama setiap motor MotoGP keluar tikungan solusinya mengadopsi winglet di fairing depan.
Motor MotoGP Ducati yang pertama memperkenalkan winglet di musim 2016 hingga 2017.
Lantas muncul protes dari pembalap MotoGP lain jika winglet itu berbahaya bagi pembalap MotoGP lain karena kalau kesenggol tajam kayak pisau.
Selang beberapa winglet pun dilarang, namun begitu perlunya perangkat aerodinamika untuk meredam efek wheelie karena keterbatasan ECU seragam.
Istilah aeofairing pun muncul yang sejatinya berfungsi sama dengan winglet namun dimensi dan wujudnya tidak membahayakan bagi pembalap yang disebut tajam seperti pisau.
Lantas perkembangan aerodinamika dari winglet hingga aerofairing berkebang sampai aerobody dan juga sayap belakang tegak ala punuk Stegosaurus pun terjadi.
Alhasil, apa jadinya motor MotoGP tanpa adanya winglet, aerofairing dan selanjutnya.
Dipastikan dengan regulasi ECU seragam yang diberlakukan sejak 2016, motor MotoGP akan cenderung wheelie setiap kali keluar tikungan.
Ditambah di sirkuit dengan karakter kecepatan tinggi yang memiliki trek lurus di bagian garis start dan finis yang panjang.
Baca Juga: Nama Motor MotoGP Ducati Terbaik Di Musim 2022, Desmosedici Itu Artinya Apa?
Motor MotoGP tidak akan stabil saat memasuki tikungan 1 saat menembus kecepatan 300 km/jam.
Bila saat masuk tikungan dengan kecepatan tinggi, motor MotoGP jadi tidak stabil, titik pengereman berubah, pembalap berisiko mengalami crash.
Jadi andikata motor MotoGP tidak ada winglet atau perangkat aerodinamika pastinya pembalap MotoGP bakal ketar-ketir dan kerja keras.
Semua itu dilakukan pembalap MotoGP demi memastikan motor MotoGP bisa belok atau keluar tikungan semulus-mulusnya.
Source | : | Berbagai sumber |
Penulis | : | Joni Lono Mulia |
Editor | : | Joni Lono Mulia |
KOMENTAR