Pada masa kolonial Hindia-Belanda, masyarakat pribumi tidak dapat menaiki transportasi mewah sebagaimana para pejabat Eropa.
Mereka hanya dapat menunggangi gerobak sapi yang ditarik bajingan untuk mobilitas sehari-hari.
Seiring berjalannya waktu, kata bajingan perlahan mulai mengalami pergeseran makna hingga sekarang ini menjadi erat di tongkrongan para bikers.
Pergeseran makna dari kata bajingan bisa ditelisik dari tulisan Multatuli.
Dalam bukunya berjudul Max Havelaar terbitan tahun 1860, kata bajingan mulai berkonotasi negatif.
"Nak, jika mereka memberitahumu bahwa aku adalah bajingan yang tidak memiliki keberanian melakukan keadilan, bahwa banyak ibu yang meninggal karena kesalahanku…" tulis Multatuli.
Penggalan tulisan itu mengindikasi penggunaan kata 'bajingan' sebagai bentuk umpatan sejak abad ke-19.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Apa Itu Bajingan, dan Bagaimana Sejarahnya Jadi Kata Makian?"
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Albi Arangga |
Editor | : | Joni Lono Mulia |
KOMENTAR