Wacana Jalan Berbayar Atau ERP Dikeluhkan Driver Ojol, Sebut Bikin Sulit

Harun Rasyid,Yuka Samudera - Jumat, 20 Januari 2023 | 09:57 WIB
Kolase AsiaOne dan Tribunnews.com
Ilustrasi. Begini komentar driver ojol atau ojek online soal wacana jalan berbayar atau ERP.

MOTOR Plus-Online.com - Driver ojek online alias ojol keluhkan wacana jalan berbayar atau ERP bisa bikin ekonomi makin sulit.

Beberapa waktu ini, ada wacana soal pemberlakuan Jalan Berbayar atau ERP di DKI Jakarta yang bakal berlaku juga untuk motor.

Nantinya, baik mobil atau motor yang melewati Jalan Berbayar tersebut akan dikenai tarif yang disesuaikan.

Wacana ini pun turut menghadirkan reaksi, salah satunya dari kalangan driver ojek online alias ojol.

Mengutip GridOto.com, Sadam Ali Akbar, Driver Ojol asal Depok memberikan komentarnya.

Ia mengatakan, mekanisme jalan berbayar yang niatnya dibuat untuk mengatasi kemacetan malah kurang efektif.

"Kalau jalan berbayar diterapkan, Driver Ojol bisa keberatan karena orderan saat ini saja sedang relatif sepi. Jadi logikanya aturan ini enggak pas," beber Sadam kepada GridOto.com, Kamis (19/1/2023).

Sadam melanjutkan, jalan berbayar atau Electronic Road Pricing (ERP) tersebut dinilai bisa menambah beban pengeluaran sehari-hari.

Baca Juga: Awas Kalau Motor Lewat Jalur ERP Tanpa Bayar Bisa Kena Denda 10 Kali Lipat

"Misalnya tarif atau ongkos antar penumpang Rp 10 ribu, nanti kalau lewat suatu jalan berbayar kami perlu keluarkan uang lagi semisal Rp 5 ribu. Tentunya ini bisa menambah beban," ujar pria berumur 30 tahun tersebut.

Begitu pula dari sisi permintaan, jalan berbayar turut dianggap dapat memengaruhi jumlah orderan yang masuk.

"Masyarakat dengan pendapatan pas-pasan mungkin akan keberatan juga. Efeknya orderan kami bisa berkurang," ujarnya.

Driver ojol asal Jakarta Timur, Agung, juga menjelaskan hal yang serupa.

Josephus Primus via Kompas.com
Pemotor waspada, melanggar jalan berbayar atau ERP di DKI Jakarta bakal kena denda 10 kali lipat.

Ia mengatakan, menurutnya kemacetan di Jakarta tidak bisa teratasi dengan sistem ERP.

"Penyebab macet itu jumlah kendaraan selalu meningkat. Jadi biar enggak macet, pembelian motor dan mobil baru harusnya tidak mudah atau bisa kredit seperti saat ini," ujar pria ini kepada GridOto.com, Kamis (19/1/2023).

Agung menambahkan, jalan berbayar mungkin akan efektif di negara maju dengan pendapatan masyarakat yang tinggi.

"Kalau di Indonesia khususnya Jakarta, saya rasa tidak cocok. Selain itu, jalan berbayar hanya akan memindahkan titik kemacetan, akibatnya masyarakat menengah ke bawah seperti kami bisa makin melarat," beber Agung.

Baca Juga: Motor Juga Berlaku Jalan Berbayar, Dishub DKI Berharap Jumlah Pemotor Berkurang

Untuk informasi, wacana ERP akan diberlakukan tahun ini di 25 jalan di wilayah Ibu Kota.

Sedangkan tarif jalan berbayar diusulkan Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta sebesar Rp 5.000 sampai Rp 19.000.

Dalam Rencana Peraturan Daerah (Raperda) tentang Pengendalian Lalu Lintas secara Elektronik (PL2SE), jalan berbayar akan berlangsung setiap hari pada pukul 05.00 sampai 22.00 WIB.

Untuk melewati ERP, kendaraan wajib dilengkapi dengan perangkat identitas kendaraan elektronik.

Jika kendaraan yang melewati jalan berbayar tidak dilengkapi alat tersebut, pemerintah akan mengenakan sanksi 10 kali lipat tarif tertinggi.

Mengacu pada usulan yang disampaikan Dishub DKI Jakarta, pengendara dapat dikenakan sanksi sebesar Rp 190.000.

Artikel ini telah tayang di GridOto.com dengan judul "Driver Ojol Sebut Wacana Jalan Berbayar di Jakarta Tidak Tepat, Hidup Bisa Semakin Melarat"

Penulis : Harun Rasyid
Editor : Ahmad Ridho


KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

TERPOPULER

Tag Popular