Sehingga berimbas pada penjualan BBM tingkat SPBU di Pulau Sebatik.
"Stok BBM kami jadi lama habisnya. Biasanya saya datangkan untuk dua SPBU sebanyak 300 ton selama satu bulan untuk tiga kali pengambilan," ujarnya.
"Sekarang 120 ton dalam sebulan dan hanya satu kali pengambilan," tambah Yuliana.
Dia berharap kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nunukan melalui DPRD untuk menyikapi situasi tersebut dengan serius.
Apalagi, lanjut Yuliana, saat ini beberapa pengusaha Pertashop yang mengambil BBM di SPBU miliknya, memilih untuk tidak memperpanjang kerjasama.
Akibat tidak mampu bersaing harga dengan BBM dari Malaysia yang dijual murah.
Baca Juga: 17 Daftar Motor BBM Yang Dapat Insentif Rp 7 Juta Dari ESDM Untuk Konversi Ke Motor Listrik
"Masalah BBM ini kalau tidak ada solusi yang tepat bisa berpengaruh pada sektor lainnya," jelasnya.
Sebagian dari mitra kami memilih untuk tidak memperpanjang kerjasama. Kami punya izin tapi kalah saing sama yang tidak punya izin," tutup Yuliana.
Artikel ini telah tayang di TribunKaltara.com dengan judul Pengusaha SPBU di Sebatik Keluhkan Beredarnya BBM Eceran dari Malaysia, Ini Sikap DPRD Nunukan
Penulis | : | Indra Fikri |
Editor | : | Joni Lono Mulia |
KOMENTAR