Kemudian kata Hendrik, materi uji tidak bisa diakses oleh publik untuk belajar mengenai marka dan rambu.
"Terkait peraturan tertulis (teori) di ujian SIM publik itu tidak bisa mengakses. Misalnya kita disuruh kerjain soal, tapi yang tahu benar salah kan hanya polisi, kita tidak tahu. Nah, kalau pertanyaan itu bisa diakses kita bisa belajar," kata Hendrik beberapa waktu lalu.
Belum lagi adanya tes psikologi yang menurut Hendrix juga belum sepenuhnya detail.
Sebab psikologi cuma diukur dari karakter bukan kebiasaan saat berkendara (safety behavior).
Padahal salah satu yang penting dalam keselamatan berkendara adalah etika lalu lintas.
"Kita diberitahu saat lewat depan orang bilang permisi. Di sekolah tidak diajari tapi yang membentuk itu orang tua, keluarga, lingkungan," ujar Hendrik.
"Sama ketika kita dites psikologi yang diukur kematangan psikologi kita bukan cara kita berperilaku. Misal mas ini orangnya ambisius, daya ingatnya tinggi (bisa diukur) tapi soal permisi (etika) di jalan tidak ada," kata dia.
Baca Juga: Kenali Satpas SIM Prototype yang Dilengkapi Pendeteksi Wajah, Calo Tak Berkutik
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Instruktur Safety Riding Ungkap Kelemahan Ujian Teori SIM "
Penulis | : | Albi Arangga |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR