MOTOR Plus-online.com - Bikers jangan sampai jadi korban, cara bedakan oli palsu atau asli bisa dilihat dari hal ini, tidak hanya harganya yang murah saja lho.
Kalau mendengar barang palsu termasuk pelumas alias oli, mungkin salah satu ciri yang terlintas di benak bikers, yaitu harganya murah.
Yup, salah satu yang bisa membedakan oli asli maupun palsu, terlihat dari harganya.
Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Asosiasi Pelumas Indonesia (Aspelindo), Sigit Pranowo.
"Pertama, harga itu indikasi. Masing-masing anggota Aspelindo tentunya sudah memiliki referensi harga. Harga yang gap-nya (selisihnya) terlalu tinggi, bisa menjadi salah satu yang perlu diwaspadai," ungkap Sigit di Jakarta, Kamis (30/3/2023).
Sedangkan, menurutnya, kalau selisih harga oli berkisar antara Rp 1.000 hingga Rp 2.000, kemungkinan diskon yang diberikan dari toko.
"Kalau bedanya (harga oli) Rp 1.000 atau Rp 2.000, bisa saja itu diskon yang diberikan dari toko," lanjutnya.
Tidak hanya urusan harga, ada faktor lain yang dapat menjadi pembeda antara oli palsu dan yang asli.
Baca Juga: Bikers Waspada Peredaran Oli Palsu Lebih Banyak Offline, Ini Kata Aspelindo
"Mungkin ciri-ciri fisik dari olinya, barangkali juga dari sana bisa jadi ketemu, tapi tidak selalu," ucap pria berkacamata itu.
Menurut pria yang juga menjabat sebagai Direktur Operasional PT Pertamina Lubricants itu, beberapa fitur pada kemasan oli bisa diamati sebagai pembeda oli palsu atau asli.
"Makanya fitur-fitur yang sebagai pembeda mulai dari nomor seri, label yang ada hologram, aluminium foil, atau ciri-ciri khusus yang memang secara inderawi bisa diakses dengan mudah oleh konsumen," tuturnya.
Sigit juga mengatakan, kalau semua ciri-ciri terlihat sama, maka perlu diuji khusus.
"Tapi kalau di dalamnya, (pengujian oli palsu) membutuhkan alat khusus," kata pria pemegang gelar Sarjana Teknik Kimia itu.
"Kecuali kalau ekstrem, artinya oli yang terlalu encer (dari oli aslinya). Demikian juga warna, kalau ekstrem baru bisa dilihat, baunya (oli palsu) juga bisa," tambah lulusan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya tersebut.
Penulis | : | Galih Setiadi |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR