"Tapi, memang saat meriset AHM Oil, pastinya menggunakan mesin motor Honda sehingga paling pas memang buat Honda," lanjut Yosef sambil menjelaskan kalau motor lain mau pakai silakan saja.
Menurut Yosef, setiap oli itu punya DNA atau base oil dan aditif yang berbeda.
Kalau oli pabrikan semuanya sudah dibuat pas dengan kondisi mesin pabrikan yang sama.
"Tapi, tidak tertutup kemungkinan kalau oli itu juga enak dan cocok buat mesin lain," tambahnya.
Pendapat yang nyaris sama juga disampaikan Robby Sidarta yang bertanggung jawab dengan Yamalube, oli resmi Yamaha ketika itu.
"Kami melahirkan Yamalube menggunakan spek mesin Yamaha, kalau motor lain mau pakai gak masalah," kata Robby bilang menurut pemantauannya ada motor merek lain menggunakan Yamalube.
Jadi, tak salah menggunakan oli berbeda merek pabrikan, asal spesifikasi olinya sesuai dan cukup.
"Misalnya spesifikasi mesin motor disarankan pakai oli mesin dengan kekentalan 10W-30," buka Jemi Setiawan Manager Lubricant Sales & Marketing PT Nippon Oil Indonesia, pabrikan Eneos di Indonesia mengutip GridOto.com.
"Saat ganti dengan merek yang berbeda sebaiknya cari oli mesin motor yang kekentalan sama yaitu 10W-30 juga," tambahnya.
Menurut Jemi, sebaiknya jangan ganti oli mesin yang lebih kental ataupun lebih encer dari anjuran pabrkan.
"Misal kalau dari 10W-30 diganti dengan oli mesin 20W-50, tentunya akan membuat tarikan motor jadi berat," Jemi Setiawan menyarankan.
"Sebaliknya jika pakai yang lebih encer dari 10W-30 membuat suara mesin jadi lebih berisik," lanjutnya.
Selain beberapa efek tadi, penggunaan oli dengan spesifikasi yang tidak sesuai anjuran juga bisa berpengaruh keawetan komponen mesin.
Jemi juga menjelaskan mengenai engine flushing sebelum ganti oli mesin beda merek.
"Sebenarnya engine flushing tidak perlu dilakukan, yang paling terpenting oli mesin yang akan kita gunakan sesuai dengan spesifikasi mesin," tutupnya saat ditemui di kawasan Parkir Timur Senayan, Jakarta Pusat.
KOMENTAR