Pakde pakai piston ukuran 57 mm supaya kapasitas mesin jadi 129,05 cc, sementara Kawasaki Edge standarnya cuma 112 cc.
Menariknya meskipun mesin sudah di bore up, kompresi mesin tidak dipatok tinggi oleh Pakde dimana cuma rata-rata bermain di angka 11,5-12:1 saja.
Hal tersebut dikarenakan mesin motor supaya tidak mengalami cepat panas atau overheating.
"Soalnya kita main di sirkuit besar seperti Thailand, Sentul dan Qatar, power maksimal itu ketemunya di 9.000 rpm atau tidak terlalu tinggi supaya mesin tidak gampang capek," terangnya.
Masih lanjut di area mesin, sekarang head silinder dimana racikan noken as dibikin rata antara in-ex 280 derajat cocok untuk mengimbangi trek besar.
"Lobe Sparation Angle (LSA) dibikin 102 derajat. Karakter mesin jadi imbang antara tengah-atas," ucap Pakde lagi.
Kubah yang dibikin semi hemi, diisi klep in 29 mm dan ex 24 mm lansiran aftermarket. Di bagian lubang in dan ex, dibikin halus tapi enggak mengkilap pakai amplas 80.
Sementara untuk karburatornya pakai UMA dengan diameter 28 sesuai regulasi underbone 130 saat itu.
Untuk pengapian atau CDI pakai Rextor Pro-Drag II. "Aplikasi CDI ini sangat recommended. Dengan koil standar Kaze, pengapian sudah besar," bilangnya.
Gupito atau Gupita Kresna selaku pembalapnya saat itu memang selalu merasa pede untuk bisa menang bersama Kawasaki Edge garapan Pakde.
"Biasanya saya baru push di lap-lap akhir supaya mesin tidak terlalu panas," ucap Gupito setelah seri ARRC Sentul 2015 dimana ia berhasil menjadi pemenang di seri kedua.
"Kalau di awal-awal balapan saya cuma main aman dulu karena kelas underbone ini kan rapat, jadi betul-betul fokus dulu sampai lap terakhir kita push," tutupnya.
Penulis | : | Uje |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR