MOTOR Plus-online.com - Profil tokoh KitaIndonesia pekan ini adalah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan.
Selama ini, Luhut dikenal sebagai sosok yang vokal terhadap perkembangan motor dan mobil listrik.
Sudah banyak produsen motor listrik yang menjual produknya lewat berbagai pameran otomotif.
Namun demikian ada masalah yang harus segera di atasi terkait baterai motor dan mobil listrik.
Indonesia masih mengimpor baterai untuk kendaraan listrik.
Ke depan kata Luhut Binsar, Indonesia siap memproduksi sendiri baterai lithium untuk motor dan mobil listrik.
Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pemerintah menyadari sepenuhnya bahwa harga Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) di Indonesia masih terbilang cukup mahal bagi sebagian masyarakat.
Diketahui, salah satu komponen paling mahal pada motor atau mobil listrik adalah baterai.
Baca Juga: Luhut Pandjaitan Ungkap Alasan Pemerintah Akan Persulit Beli Motor Baru, Kondisi Mengkhawatirkan
Agar bisa menekan harga kendaraan listrik, Indonesia akan memproduksi baterai kendaraan listrik.
"Oleh karena itu, pemerintah mengambil langkah lebih jauh dengan memberikan bantuan pemerintah dan insentif fiskal kepada masyarakat yang ingin membeli KBLBB," ujar Luhut, dikutip dari Kompas.com, saat peluncuran Kebijakan Bantuan Pemerintah untuk KBLBB, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Tapi, insentif diberikan hanya untuk mobil listrik yang memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) minimal 40 persen.
Saat ini, baterai mobil listrik masih diimpor.
Jika produsen mobil listrik sudah menggunakan baterai buatan dalam negeri, maka TKDN dari mobil tersebut tentu akan meningkat.
Luhut mengatakan, Indonesia akan memproduksi baterai lithium.
Tapi, perkembangan teknologi sekarang ini sangat cepat.
Sekarang, sudah mulai masuk Lithium Ferro Phosphate (LiFePO4 atau LFP).
"Kebetulan, kita memiliki besi yang cukup banyak. Jadi, LFP ini akan kita produksi juga di Indonesia. Kebetulan lagi, kita sudah memproduksi lithium processing plant di Morowali yang berkapasitas 60.000 ton per tahun, salah satu yang terbesar di dunia," kata Luhut.
"Jadi, kita sekarang akan memasuki dua bidang ini. Kita membangun ekosistem di dalam energi baru yang menggantikan energi dari fosil," tutupnya.
Penulis | : | Ahmad Ridho |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR