MOTOR Plus-online.com - Sedang jadi sorotan motor matic buatan pabrikan sayap mengepak sasisnya gampang melipat.
Dituduh mudah bengkok terungkap rangka skutik Honda eSAF lebih enteng 9 kilogram inikah faktornya simak penjelasannya.
Akhir-akhir ini sasis atau rangka motor matic Honda dituduh negatif oleh para netizen di sosial media.
Padahal rangka motor-motor matic buatan Honda tersebut dibuat dengan teknologi eSAF atau enhanced Smart Architecture Frame.
Rangka pertama dipakai di Honda Genio yang meluncur tahun 2019 lalu ini seharusnya lebih kuat.
Kemudian menyusul 2020 dipakai di Honda BeAT begitu juga Honda Scoopy dan terakhir dipakai juga di Honda Vario 160.
Walau secara bobot lebih ringan, menurut ilmu konstruksi teknologi eSAF dirancang lebih kuat, rigid sehingga lebih stabil.
"Untuk rangka eSAF ini bobotnya lebih ringan dari rangka Honda BeAT sebelumnya," ucap Makoto Dohi, BeAT Large Project Leader, Honda Motor Co., Ltd ketika peluncuran All New Honda BeAT 2020 lalu.
Baca Juga: Cegah Karat di Rangka Motor Ala Spesialis, Pemilik Motor Rangka eSAF Bisa Coba Nih!
Baca Juga: Motor Matic Honda Terbaru Launching Bulan Ini, Pakai Rangka eSAF?
"Jadi bobot rangkanya kini hanya 11 kg. Atau lebih ringan 9 kg dari rangka sebelumnya yang mencapai 19 kg," tambahnya dilansir dari Otomania.com.
"Ada pemangkasan bobot hingga 8 persen," lanjutnya lagi.
Rangka ini dibuat pakai pelat baja yang berbeda dari bahan rangka sebelumnya yang terbuat dari pipa besi.
Efek penggunaan rangka yang lebih ringan ini mempengaruhi handling jadi lebih baik lagi.
"Handling dan kenyamanan berkendara bisa jauh lebih baik dari generasi BeAT sebelumnya," terangnya.
"Mau riding sendiri atau berboncengan rangka tetap stabil dan tahan dari pembengkokan," tutupnya.
Bobot yang ringan juga menguntungkan mampu menghemat pemakaian bahan bakar.
Selain itu karena ringan membuat motor mudah dikendalikan dan handlingnya ringan.
Komentar ahli ITB
Ahl ITB (Institut Teknolo Bandung) Bambang Widyanto memberikan komentar dalam produksi barang termasuk sasis.
"Proses manufaktur perlu dikontrol dengan baik," buka Bambang Widyanto saat dihubungi MOTOR Plus-online.com, Kamis (17/8/2023).
Bambang mengatakan, salah satu yang juga perlu dikontrol adalah proses pelapisan atau pengecatan.
"Barang yang ada di udara bisa jadi salah satu masalahnya pengecatannya. Kalau pengecatannya baik, tidak akan ada kerusakan," tutur pria berkacamata itu.
"Pengecatan (sebenarnya) simpel, tapi memerlukan prosedur yang baik," ucap peneliti yang aktif sejak tahun 1980-an itu.
Pria yang bekerja di Departemen Teknik Material ITB itu bilang, menggunakan cat paling mahal sekalipun tetap bisa membuat rangka rusak kalau prosedurnya tidak baik.
"Cat yang paling mahal, tapi permukaannya tidak baik, bisa menimbulkan kerusakan. Apakah prosedurnya baik," tutur Bambang.
Ia menuturkan, para manufaktur seharusnya bisa memprediksi kondisi paling parah pemakaian kendaraan dengan konteks yang semestinya.
"Kesalahan pemotor (itu) random, harusnya bisa dihandle. Mereka harus memprediksi kondisi paling parah dengan konteks normal," ujarnya.
KOMENTAR