Flinkote yang biasa dipakai untuk melapisi anti bocor pada atap bisa dipakai untuk anti karat besi, tapi tidak bisa permanen sifatnya.
"Flintkote umumnya berfungsi untuk melapisin panel atau bagian terluar bodi dari semua unsur yang berpotensi menimbulkan korosi. Biasanya berasal dari lumpur atau kotoran dari kolong roda dikendaraan atau air yang membawa karat. Bisa juga dari air hujan yang terjebak pada lekukan panel bodi. Tapi flinkote sifatnya cuma memproteksi dari luar yang ada batas waktunya," buka modifikator kawakan asal Sragen, Jawa Tengah ini kepada MOTOR Plus-online, belum lama ini.
Topo Goedel menambahkan ketahanan flinkote berbeda dengan epoxy yang umumnya dipakai untuk pelapis cat.
Epoxy berfungsi untuk melindungi lapisan logam besi dari lapisan paling dasar yang fungsinya sama melindungi sekaligus sebagai dasar perekat sebelum cat dan pernis.
"Secara fungsi flinkote dan epoxy itu sama-sama melapisi dan melindungi material besi atau logam. Tapi secara teknis berbeda untuk penggunaan dan daya tahannya," tambahnya.
Selain itu, flinkote secara sifat kimia merupakan sintetis yang diperuntukan untuk dasar atau panel yang kasar. Flinkote tidak untuk bagian yang halus dan beda dengan epoxy yang sifat kimianya duco dan senyawa dengan thiner dan cat serta pernis.
"Intinya dari bahan dan peruntukkan beda. Flinkote untuk permukaan yang kasar, sementara epoxy lapisan dasar anti karat sebelum dilakukan pengecatan dan lebih halus,"tutupnya.
Sementara itu dari beberapa kasus rangka eSAF karat dan keropos membuat pihak Astra Honda Motor (AHM) melakukan klarifikasi.
Klarifikasi AHM diadakan pada Rabu (23/8/2023) lalu.
Baca Juga: Perhatikan Bagian Krusial Ini Sebelum Perbaiki Rangka eSAF yang Mulai Berkarat
Dari pertemuan dengan beberapa jurnalis, pihak AHM mengakui kalau warna kuning di permukaan rangka eSAF bukan karat tapi silica sisa produksi.
Selain itu pihak AHM mengaku belum berencana untuk melakukan recall pada produk motor matic Honda yang memakai rangka eSAF.
Penulis | : | Ahmad Ridho |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR