Ketiga zat tersebut adalah produk sampingan dari proses kimia pembakaran dari mesin, terutama di industri otomotif.
NOx dihasilkan dari reaksi gas nitrogen dan gas oksigen, sedangkan CO dihasilkan dari pembakaran bensin dan oksigen di dalam ruang mesin.
Sedangkan emisi hidrokarbon terbentuk karena pembakaran mesin yang tidak sempurna atau sistem ventilasi crankcase mesin yang langsung ke udara.
Hal tersebut diperparah dengan sistem exhaust pada kendaraan zaman itu yang belum menambah komponen 'pembersih' emisi gas buang.
Ketiga zat tadi dapat menyebabkan photochemical smog atau kabut polusi.
Kabut tersebut terjadi karena polusi NOx, HC, CO, dan volatile organic compounds (VOCs) bercampur dan bereaksi dengan sinar matahari.
Usut punya usut, ditemukan oleh Dr. Arie Haagen-Smit pada era 1950an, photochemical smog ini lebih banyak dihasilkan dari emisi kendaraan bermotor.
Nah dari tiga zat pembentuk photochemical smog inilah regulasi-regulasi emisi kendaraan bermotor diperkenalkan dan diterapkan, seperti Clean Air Act 1963.
Berkat regulasi tersebut, komponen-komponen emisi seperti PCV, smog pump, dan catalytic converter menjadi standar pada kendaraan masa kini.
Penulis | : | Ahmad Ridho |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR