Peneliti Migas Jelaskan Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Ada Hidrogen Sianida, Lebih Banyak di Kendaraan Modern?

Galih Setiadi - Kamis, 19 Oktober 2023 | 19:19 WIB
GridOto.com
Foto ilustrasi polusi udara Jakarta. Emisi gas buang kendaraan bermotor terdapat hidrogen sianida, peneliti Migas beri penjelasan.

MOTOR Plus-online.com - Muhamad Fuad, peneliti Migas di Balai Pengujian Minyak dan Gas Bumi Lemigas angkat bicara soal hidrogen sianida pada emisi gas buang kendaraan bermotor.

Seperti yang brother tahu, emisi gas buang kendaraan bermotor sering dikaitkan sebagai biang kerok polusi udara.

Maka dari itu, tilang uji emisi dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta supaya kendaraan yang berpolusi tinggi tidak masuk.

Adapun tilang uji emisi rencananya bakal kembali diberlakukan pada 1 November 2023.

Seperti yang disampaikan Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo.

"Kami juga sudah berkoordinasi dengan rekan-rekan dari Polda Metro Jaya, dengan Pak Dirlantas per 1 November kita akan kembali melaksanakan tilang terhadap pelanggaran uji emisi," ungkapnya dikutip dari NTMC Polri.

Untuk kandungan zat beracun yang terdapat pada emisi gas buang kendaraan bermotor, salah satunya berkaitan dengan sianida.

Yaitu hidrogen sianida (HCN), atau juga dikenal sebagai Asam Sianida, yang merupakan senyawa anorganik berbentuk cairan dan sangat beracun.

Baca Juga: Gawat Sianida Beterbangan di Udara Jakarta Petugas Lakukan Razia Motor dan Mobil yang Masuk Ibukota

Seperti yang sudah disinggung, senyawa beracun tersebut juga terdapat pada kendaraan bermotor.

"Biasanya dulu di kilang minyak ada deteksi tentang HCN, Selain NOX, SOX, tapi di kendaraan juga ada. Terutama yang di mesin bensin injeksi langsung," buka Fuad, Kamis (19/10/2023).

Ia mengatakan, peredaran senyawa pada emisi gas buang kendaraan bermotor itu bisa bertahan dalam hitungan bulan.

"HCN ada di udara, dan bertahan sampai bulanan. Pembakaran lahan dan sampah juga ada kontribusinya pada HCN," tuturnya.

Untuk jumlahnya, peneliti Minyak dan Gas Bumi itu bilang, peredaran HCN lebih banyak di kendaraan bensin modern.

Istimewa
Muhamad Fuad, peneliti Migas dari Balai Pengujian Minyak dan Gas Bumi Lemigas.

"Untuk di kendaraan bensin biasanya lebih banyak kendaraan yang modern dibandingkan dengan karburator," kata dia.

Meski begitu, ia menuturkan, faktor emisi terbilang kecil dibanding HCN itu sendiri.

"Ada yang mengatakan karena faktor katalis konverter yang bereaksi dengan NOX, dan sebagainya. Emisi faktornya terbilang kecil, emisinya kalau lagi (sedang) idle, macet, lebih banyak HCN, dan juga VOC. Resiko toxic nya 270 ppmV HCN. (Kalau) yang di emisi gas buang jauh di bawah itu," tukasnya.

Penulis : Galih Setiadi
Editor : Ahmad Ridho


KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

TERPOPULER

Tag Popular