Baca Juga: 12 Proses Modifikasi Motor Listrik atau Konversi di Bengkel Bersertifikat, Ini Komponennya
“Naik sedikit ada yang namanya Lithium Ferrophospate (LFP). LFP itu 120 watt hour per Kg density-nya. Itu di antara lithium ion termasuk yang sedang lah, tapi dari sisi keamanan dia paling bagus. Jadi kalau kena panas, korsleting dan sebagainya, dia hanya keluar asap,” kata dia.
Ganesha juga mengatakan, di atas baterai LFP ada baterai NCA. Walaupun sama-sama berjenis lithium, tapi keduanya punya perbedaan.
NCA diklaim memiliki performa lebih baik buat motor listrik, bentuknya lebih ringkas dengan densitas lebih tinggi dibandingkan LFP.
“Kalau yang NCA dan sebagainya itu kan karena densitas sangat tinggi, kalau kita tusuk keluar api. Ada yang mengklaim di atasnya itu ada yang lebih aman, yang baterai BYD terbaru. Jenisnya dia sudah yang lithium NCA, tapi yang advance, yang terbaru, punya standar sendiri baterainya,” ucap Ganesha.
“Nah BYD membuat teknologi density-nya sama dengan NCA, tapi lebih aman. Itu harus diimbangi sama sensor-sensor sama safety yang bagus. Contoh Gesits, di BMS-nya, kalau dia melampaui suhu berapa, dia otomatis mati baterainya,” ujarnya.
Adapun buat baterai jenis Graphene, menurut Ganesha, kualitasnya sedikit di atas SLA, tapi masih berada di bawah lithium.
“Kalau Graphene sama dengan SLA (Lead Acid), harganya juga murah. Jadi kalau beli (motor listrik), bisa cek (harga) Alva berapa, Gesits berapa. Di brosur mesti lihat, lithium jenis apa, kapasitas berapa, dia harus pastikan,” kata Ganesha.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Mengenal Tingkatan Baterai Sebelum Beli Motor Listrik.
KOMENTAR