"150 motor sehari, Jadi total kotornya itu bisa Rp 1 juta, tidak kurang," tambah dia.
Awalnya, rumah dan halaman tersebut adalah milik ayah Abdul Kodir yang bernama Pak Haji.
"Jadi ini rumah Bapak, dulu dibagi per anak satu petak (kontrakan)," ujarnya.
"Tapi karena sudah pada nikah, keluar, ada yang tinggal di Cibinong, jadi ini tinggal saya yang kelola," jelas dia.
Abdul memastikan tempat parkir motor di rumahnya aman dan tak pernah ada kejadian pencurian.
"Yang penting jangan kunci stang, jadi mudah diatur, yang penting kami pastikan aman," lanjut lagi Abdul.
"Alhamdulillah sejauh ini enggak pernah terjadi kehilangan, paling helm tertukar," tuturnya.
Baca Juga: Warga Samarinda Cek 14 Motor Curian Yang Diamankan Polisi, Pelakunya Tukang Parkir Liar
Setiap harinya, Abdul Kodir dibantu oleh seorang asisten yang berjaga per shift.
"Ada satu asisten yang jaga. Nanti sore gantian, jadi mereka jaga per shift," ucap Abdul.
Di sisi lain, ia mengaku harus membayar ke salah satu anggota Dishub dengan tarif Rp 600.000 per bulan.
"Kami izin ke Dishub aja, per bulannya ada yang minta Rp 600.000, itu kena bulanan, itu biaya izin aja, sebenarnya," ujar Abdul Kodir.
"Padahal ini kan fasilitas pribadi, kita kan enggak pakai akses jalan pemerintah, ini tanah pribadi," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerita Pemilik Lahan Parkir Stasiun Cakung, Dapat Rp 1 Juta Per Hari dari 150 Motor"
Penulis | : | Ardhana Adwitiya |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR