Baca Juga: Sempat Ramai Pertalite Malah Batal Dihapus Terungkap Alasannya Dikatakan Bos Pertamina
Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk hal ini:
a. Jarak dari tempat tinggal ke tempat tujuan perjalanan tidak boleh kurang dari 84 km.
b. Pada pagi hari (saat subuh) ketika seseorang ingin tidak berpuasa, dia harus sudah dalam perjalanan dan keluar dari wilayah tempat tinggalnya, minimal mencapai batas kecamatan.
Buya memberikan contoh untuk menjelaskan hal ini, misalnya seseorang tinggal di Cirebon dan ingin pergi ke Semarang.
Jarak antara Cirebon dan Semarang adalah 200 km (lebih dari 84 km). Orang tersebut memulai perjalanannya dari Cirebon jam 2 malam (sabtu dini hari). Waktu subuh hari itu adalah jam 4 pagi.
Pada saat subuh jam 4 pagi, orang tersebut sudah berada di luar wilayah Cirebon dan telah memasuki Brebes. Maka, pada pagi hari Sabtu itu, dia sudah diperbolehkan untuk tidak berpuasa.
Namun, jika dia berangkat ke Semarang setelah waktu subuh (pagi Sabtu setelah waktu subuh masih di Cirebon), maka dia tidak boleh meninggalkan puasa pada pagi itu karena sudah masuk waktu subuh dan masih berada di rumah.
Namun, dia boleh meninggalkan puasa pada hari Ahadnya, karena saat subuh hari Ahad, dia sudah berada di luar wilayahnya, lanjut Buya.
Lebih lanjut, Buya menjelaskan bahwa ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan bagi orang yang sedang bepergian.
Baca Juga: Mirip Robot Motor Listrik Yamaha EMF Resmi Diluncurkan Hidupkan Mesin Pakai Kartu Pintar
Menurutnya, seseorang akan dianggap sebagai mukim (bukan musafir lagi) jika dia berniat tinggal di suatu tempat lebih dari 4 hari.
Misalnya, seseorang pergi ke Semarang dan saat berada di Tegal dia sudah boleh berbuka, dan setelah sampai di Semarang juga tetap boleh berbuka asalkan dia tidak berniat tinggal di Semarang lebih dari 4 hari.
"Misal orang yang pergi ke Semarang tersebut (dalam contoh) saat di Tegal ia sudah boleh berbuka dan setelah sampai di Semarang juga tetap boleh berbuka asalkan ia tidak bermaksud tinggal di Semarang lebih dari 4 hari," kata Buya.
Buya Yahya menegaskan bahwa untuk dianggap sebagai mukim, tidak perlu menunggu selama 4 hari seperti yang salah dipahami oleh beberapa orang, melainkan cukup saat dia tiba di tempat tujuan yang dia niatkan akan tinggal lebih dari 4 hari, dia sudah dianggap sebagai mukim.
"Untuk dihukumi mukim tidak harus menunggu 4 hari seperti kesalahpahaman yang terjadi pada sebagian orang, akan tetapi kapan ia sampai tempat tujuan yang ia niat akan tinggal lebih dari 4 hari ia sudah disebut mukim,"
"Siapapun yang berada di perjalanan panjang (tujuannya tidak kurang dari 84 Km), maka saat di perjalanan ia boleh berbuka puasa dan boleh menjamak dan mengqashar shalat," tambah Buya.
Penulis | : | Ahmad Ridho |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR