MOTOR Plus-Online.com - Mengenal sosok Joel Deksa Mastana, Penasehat Teknik Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang dulu jadi incaran polisi gara-gara ngebut di jalan hingga menjadi konsultan keselamatan berlalu lintas.
Brother yang ngaku doyan naik motor apalagi paham keselamatan berkendara, wajib kenal dengan yang satu ini.
Joel Deksa Mastana, bercerita kepada MOTOR Plus-Online memiliki hobi naik motor sejak Sekolah Dasar (SD).
Sebelum menyentuh dunia keselamatan berkendara, Joel lebih dulu berkecimpung di dunia surfing dan jetski.
Bahkan, lelaki yang pernah kuliah di Australia itu pernah mengikuti kejuaraan jetski sebelum pensiun di tahun 1998.
Pria yang doyan turing jarak jauh ini mengaku belajar motor secara otodidak.
Ternyata, lelaki yang pernah kuliah Perhotelan itu dulunya sering dikejar polisi gara-gara ngebut.
"Tahun 2000, saya naik motor pakai Harley-Davidson pulang-pergi ke Carita. Pulang dari Carita saya ditangkap polisi, dikelilingi banyak polisi karena katanya setiap kali mau ditangkap, saya kabur terus. Tapi saya enggak tahu kalau mau ditangkap (ditilang),saking ngebutnya," kata Joel, Rabu (5/6/2024).
Namun, pria yang dikenal sebagai ahli safety riding ini bilang, momen tersebut merupakan awal dari keterlibatannya di lalu lintas.
"(Setelah itu), mulailah saya sharing-sharing, pertama di Polda Metro, Lalu, (tahun) 2005 ada kegiatan U-Mild itu, saya diminta melatih. (Karena) melihat saya aktif di dunia otomotif, (mereka) minta bikin konsep U-Mild U Bikers waktu itu, sampai saya disekolahkan ke Australia," kata penggemar turing itu.
Saat menempuh pendidikan di Australia, ia mengatakan tidak bisa mengambil tahap instruktur secara langsung.
"Setelah skill rider, baru sekolah instruktur. (Saya berada di sana) 3 minggu sampai (meraih gelar) Master Level 4, Metodologi dan Teknik," jelasnya sambal bilang keliling Indonesia.
Ketika berada di Australia, salah satu pihak mempertanyakan alasan Joel mau menjadi instruktur, karena tidak bisa menghasilkan keuntungan.
"Motivasi saya, (dulu di Indonesia) tidak ada sekolah mengemudi, sedangkan kita di sana, yang pertama aturan tata cara berlalu lintas, kedua berbagi jalan, ketiga berkenalan (dengan) sepeda motor), keempat perlengkapan keselamatan, kelima menjalankan kendaraan bermotor, keenam baru manajemen perjalanan," terang pria yang juga menjabat sebagai Direktur Mobilitas Sepeda Motor Ikatan Motor Indonesia (IMI) Pusat itu.
Pria yang punya sertifikasi berstandar internasional itu mengungkapkan, dua poin pertama tersebut menjadi syarat awal supaya bisa berkendara motor.
"Dari situ, saya menjadi konsultannya (Kementerian) Perhubungan, sampai dengan saya bikin standarisasi cara mengemudikan sepeda motor berkeselamatan," ucapnya.
Baca Juga: Ahli Safety Riding Kasih Paham Bahaya Anak di Bawah 17 Tahun Punya SIM Jika Dikabulkan MK
Di tahun 2005, Joel dikirim ke Jepang untuk mempelajari pertandingan dan pendidikan kepolisian.
Setahun kemudian, ia diminta untuk membuat pelatihan dengan skala nasional oleh Korlantas.
Pada tahun 2007, pria yang pernah bekerja di bidang properti itu membuat lomba dengan nama Safety and Skills Competition.
Dua tahun kemudian, pakar keselamatan berkendara itu diminta melakukan standarisasi materi di Pusdiklantas.
"Sekarang, materi itu dipakai Korlantas untuk (pembuatan) SIM C, mulai dari C1 (hingga) C2," katanya.
Lelaki yang pernah bekerja di bidang properti itu berharap bisa membangun sekolah mengemudi berskala nasional.
"Saya sih berharap, tahun ini bisa terus mendirikan sekolah mengemudi secara nasional, melahirkan instruktur-instruktur," harap pria yang juga Direktur Mobilitas Sepeda Motor Ikatan Motor Indonesia (IMI) Pusat itu.
Penulis | : | Galih Setiadi |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR