Semasa hidupnya, I Nyoman Nuarta pernah mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1973 hingga 1979 dan mengambil Jurusan Seni Lukis.
Setelah satu tahun, Nyoman memilih untuk pindah jurusan ke Seni Patung karena dianggap unik dan pengerjaannya menarik.
Dikutip dari Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Nyoman sering bekerja di kampus meskipun pada waktu itu sedang libur semester atau libur panjang.
Arsitek sekaligus pematung tersebut merupakan salah satu pelopor Gerakan Seni Rupa Baru pada 1976.
Selama di ITB, Nyoman menghasilkan lebih dari seratus karya seni patung selama masa kuliahnya.
Ia kemudian bergabung dalam Gerakan Seni Rupa Baru di Indonesia pada 1977 bersama beberapa kawannya, yaitu pelukis Hardi, Dede Eri Supria, Harsono, dan Jim Supangkat.
Kelompok seni ini tidak hanya menampilkan karyanya di Indonesia, tetapi hingga ke luar negeri seperti Australia.
Nyoman merupakan seniman beraliran modern hingga gaya naturalistik, atau menyerupai bentuk aslinya.
Baca Juga: Harga Motor Jokowi yang Dipakai Cek Jalan IKN Bareng Raffi Ahmad
Tak hanya bergabung dengan komunitas di dalam negeri, Nyoman juga ikut dalam organisasi internasional seperti International Sculpture Center Washington, Amerika Serikat (AS), dan Royal British Sculpture Society, Inggris.
Pada 2021, ia menerima gelar Doktor Honoris Causa sebagai Tokoh Culturepreneur dalam Bidang Ilmu Seni Rupa (Patung).
Pria berusia 73 tahun ini sudah membuat beberapa patung terkenal di Indonesia.
Seperti Patung Garuda Wisnu Kencana di Badung, Bali, Monumen Jalesveva Jayamahe di Surabaya, Jawa Timur, Monumen Proklamasi Indonesia di Jakarta, Tugu Zapin di Pekanbaru, Riau, Speed di Sirkuit Mandalika, dan terakhir Istana Garuda IKN di Kalimantan Timur.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sosok I Nyoman Nuarta, Seniman di Balik Desain Arsitektur Istana IKN "
Penulis | : | Ardhana Adwitiya |
Editor | : | Aong |
KOMENTAR