Ogura memilih Daijiro Kato sebagai pembalap idolanya.
Pembalap tim MT Helms MSi ini blak-blakan membahas soal karir sampai pembalap idola saat diwawancara media Italia 'MowMag'.
"Ketika saya masih kecil, saya jarang menonton balapan di televisi, saya memikirkan tentang akhir pekan saya karena orang tua saya selalu mengajak saya ke sana. Sirkuit kecil dan saya hanya melihat dunia kecil saya. Saya tahu banyak yang punya idola seperti Valentino , Lorenzo , Stoner. Saya suka menonton balapan dan saya sangat mengapresiasi para pembalap ini, tapi mungkin saya bilang Daijiro, mungkin ya. Daijiro Kato ” ujarnya dikutip dari Motosan.es.
Tahun 2025, Ai Ogura digadang-gadang akan naik ke MotoGP dan bergabung ke tim Aprilia sekaligus mengucapkan selamat tinggal kepada Honda.
Ogura mengaku mengapa ia memilih merek Italia dan bukan merek Jepang di kategori premier.
"Sebagai pengendara, Anda memilih yang terbaik yang bisa Anda miliki. Selalu seperti ini. Itu yang saya lakukan dan saat itu, ketika saya memutuskan pindah ke MotoGP. Kami sedang liburan musim panas dan Aprilia jauh lebih kompetitif dibandingkan Honda, jadi saya memilih tim itu, tanpa banyak diskusi.
Tapi memang benar saya tidak pernah peduli untuk pergi ke MotoGP, saya hanya ingin memenangi gelar. Itu sebabnya saya tetap terikat dengan Moto2, pada akhirnya itu adalah pilihan yang tepat dan sekarang saya telah memenangkan gelar ini. Pada tahun 2025 saya tidak mengharapkan apa pun, saya hanya tahu itu akan sulit.” lanjutnya.
Bicara soal momen, pembalap asal Jepang itu menjelaskan momen tersulitnya.
"Sebelum sampai di GP. Di tahun pertama Asia Talent Cup aku super lambat, di tahun pertama Red Bull Rookies Cup juga. Aku sudah di batas kemampuanku, mereka bisa saja mengusirku. Itu sangat sulit di sana, tapi ketika Anda memasuki Kejuaraan Dunia, Anda sudah cukup dewasa untuk memahami situasinya, berbagai hal.
Jika Anda lamban, Anda memahami alasannya, sementara pada usia empat belas atau lima belas tahun Anda lamban, Anda tidak mencari alasannya. Itu sangat sulit , saya terus turun dan entah bagaimana saya berhasil. Saya pikir itu adalah momen terpenting dalam karier saya.” tutupnya.
Penulis | : | Ahmad Ridho |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR