Terakhir, angka 160. Angka ini mewakili tinggi per.
Ada lagi misalnya, 46-17-25-140. Nah, buat angka ke-2 dan ke-3 itu mewakili spring rate atas dan bawah.
Semakin kecil angka, semakin empuk reaksi yang diberikan.
LINEAR ATAU KONVENSIONAL
Disebut konvensional atau linear, itu karena per ini memiliki kerengganan alur yang konstan atau sama.
Ya, mulai dari ujung atas atau bawah.
Karakternya hanya cocok untuk satu kebutuhan saja.
(Baca juga: Perbedaan Gearbox Speedometer Asli Dan Palsu, Teliti Saat Membeli)
Karena gaya reaksi yang dimunculkan hanya satu.
Misalnya kebutuhan balap yang hanya dibebani satu penunggang aja.
Tapi, jika dipakai beban dua orang, tentu performa akan berubah.
Mungkin saja, redaman jadi kurang nyaman.
Linear cocok dipakai di sok yang model long stroke atau monosok.
PROGRESIF
Per yang disebut progresif ini mempunya dua model kerapatan alur berbeda.
Misalnya, rapat di bagian atas lalu merenggang ke bawah.
Ada juga yang renggang di atas lalu rapat di bawah.
(Baca juga: Jadwal Launching Kawasaki Ninja 250 Terbaru Pesaing Honda CBR250RR di Indonesia, Ini Jawaban Pihak Kawasaki Motor Indonesia )
Karakter per ini cocok untuk motor harian.
Pegas rapat bekerja lebih empuk ketimbang yang renggang.
Cocok buat harian karena dua karakter. Jadi ketika dapat tekanan beban berbeda, per bisa ikut sesuaikan.
Ini yang bikin beda. Malah sekarang ini sok buat bebek di balap juga pakai per progresif.
Itu karena tak sepenuhnya lintasan sirkuit mulus.
RAPAT-RENGGANG-RAPAT
Ada juga per yang memiliki kerenggangan rapat-renggang-rapat.
Sebenarnya, per model ini tetap dikategorikan sebagai pegas progresif.
Tapi, karakter yang diberikan bisa lebih dari dua tipe.
Ya, ibarat per progresif ditambahkan satu karakter lagi.
Bicara tentang kelebihan, per tipe ini bisa lebih empuk dari per progresif yang hanya usung dua karakter.
Itu soal kenyamanan kala berkendara.
Tapi, jika bicara tentang kestabilan, Belum tentu layaknya per satu atau dua karakter.
KOMENTAR