Baca Juga: Satu Motor Diminta Bayar Rp 20 Ribu, Juru Parkir di Lapangan Banteng Berujung di Penjara
Usai perjalanan, Hamdan tak segan mengirim pesan whatsapp ke pelanggan dan memberi nomor rekening.
"Barusan @gojekindonesia infoin by phone, si Hamdan udah kedapet dan akan diproses.
Dan dia ngaku kalo emang nipu, istri sakit dll itu cuma modus saja. Thanks ya @yukeeofn," tulis pemilik akun @kirekswasta yang pertama kali membagikan kisah Hamdan.
Berkaca dari kisah Hamdan, kenapa orang bisa melakukan penipuan berulang kali dan apa yang menyebabkan kita terperdaya kisah sedih mereka?
Baca Juga: Bekasi Geger, Perempuan Pemotor Berhasil Rebut Celurit dan Lumpuhkan Begal, Korban Sempat Terjungkal
Dari kacamata psikolog sosial asal Solo, Hening Widyastuti, kemungkinan besar awalnya Hamdan mendaftar bergabung sebagai driver ojol memang untuk mencari nafkah.
Untuk perusahaan-perusahaan transportasi online, pendaftaran biasanya sangat dimudahkan, salah satunya tanpa tes rumit seperti tes psikologi layaknya perusahaan lain.
"Nah, (karena tidak ada tes psikologi) perusahaan tentu tidak tahu menahu sifat dan karakter buruk si driver ojol,"ungkap Hening kepada Kompas.com, Jumat (13/9/2019).
Dalam kasus menipu penumpang, Hening menggarisbawahi, apakah penipuan tersebut dilakukan dalam kondisi terdekat atau nekat, sehingga akhirnya terpaksa menipu.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ahmad Ridho |
Editor | : | Ahmad Ridho |
KOMENTAR