MOTOR Plus-online.com - Seperti brother tahu, mesin 2-Tak pernah digdaya di arena balap motor.
Tepatnya di MotoGP, dimana era 70an sampai akhir tahun 2001 didominasi motor 2-Tak.
Namun di tahun 2002, motor balap MotoGP berganti jadi 4 tak dengan kapasitas naik dari 500 cc menjadi 1.000 cc.
Banyak alasan mengapa regulasi MotoGP merubah penggunaan mesin 2-Tak menjadi 4 tak.
Seperti memudahkan pabrikan mempromosikan motor, karena di tahun 2002 motor bermesin 2-Tak sudah banyak stop produksi.
Lalu alasan ramah lingkungan, mengingat motor 4 tak terlihat minim asap.
Yang unik, ada usulan kalau Formula 1 disarankan mengganti mesinnya menjadi 4 tak.
Alasannya, mesin 2-Tak rupanya bisa lebih ramah lingkungan dibanding 4 tak, kok bisa?
Baca Juga: Fakta Nyata! Spanyol Benar-benar Kuasai Jagat MotoGP, Nih Bukti-buktinya
Usulan ini muncul, demi progam F1 agar setiap mobilnya bebas akan jejak karbon di tahun 2030.
Salah satu caranya, denga mengganti mesin 4 tak menjadi 2-Tak.
Mesin 2-Tak ini diharapkan mulai banyak dipakai, di musim balap 2025 atau 2026.
Yang bikin geger, mesin 2-Tak ini lebih minim jejak karbon dibanding Formula Electric atau Formula E.
Baca Juga: Geger Biaya Menggelar Formula E di Jakarta, Lebih Murah Mana Dibanding MotoGP?
"Aku sangat tertarik dengan perubahan ke mesin 2 langkah ini," buka kepala teknis F1, Pat Symonds, dikutip dari Motorsportmagazine.com.
"Jauh lebih efisien, suaranya bagus dari knalpotnya dan masalah-masalah yang ada dengan mesin 2-tak tradisional tidak akan ada lagi," sambung mantan kepala teknis Williams F1 ini.
Yang jelas, mesin 2-Tak ini jauh lebih canggih dibanding mesin 2-Tak konvensional.
Dimulai dari penggunaan hybrid, dengan bahan bakar sintesis.
Baca Juga: Rame Toyota C-HR Hybrid, Ada Gak Sih Motor Pakai Teknologi Canggih Itu?
Lalu mesin ini bisa mengkombinasikan hidrogen dengan karbon yang didapat di udara, sehingga lebih ramah lingkungan.
Bahan bakar sintesis yang dipakai sendiri, juga akan dipakai di alat transportasi saat balapan seperti pesawat.
Makanya, F1 masa depan ini bebas jejak karbon, baik saat balapan maupun segi logistiknya.
"Kami harus melihat mesinnya ke depan seperti apa. F1 saat ini sudah sepakat soal ini sekarang," tegas Symonds.
"Kupikir mesin setelah ini akan jadi yang terakhir yang kami buat dengan hidrokarbon basah. Akan ada banyak kesempatan dengan mesin pembakaran dalam, tapi memakai hidrogen," sambungnya.
Tentunya brother penasaran, mengapa mesin 2-Tak ini bisa lebih ramah lingkungan dibanding Formula Electric.
Dari riset F1, mobil listrik ternyata membawa emisi karbon 2 kali lebih banyak dibandingkan mobil balap hybrid seperti F1.
Salah satu sumber karbon itu, berasal dari pembuatan baterainya.
Baca Juga: Wuih! Segini Harga Baterai Motor Hybrid, Bisa Bikin Dompet Jebol
Symonds tidak menyalahkan mesin elektrik, tapi hanya mencari solusi baru untuk ke depannya.
Makanya, F1 sedang menggodok regulasi soal teknologi mesin 2-Tak.
Tidak hanya itu, Symonds menegaskan beratnya perjuangan untuk mempopulerkan kembali mesin 2-Tak.
Mengingat mesin 2 langkah ini punya ciri khas boros dan asap knalpot yang tebal.
Baca Juga: Video Jahat Vins Motors Duecinquanta, Motor 2-Tak GP Yang Lahir Kembali dan Dijual Massal
Symonds menambahkan, kalau F1 harus mempromosikan mesin 2-Tak ini dengan kata-kata efisien dan irit BBM.
"Injeksi langsung, pengisian tekanan, sistem pengapian baru dan semuanya akan membuat bentuk baru mesin 2-Tak ini akan sangat efisien dan emisinya bagus. Kupikir akan jadi masa depan yang bagus," sambungnya.
Baca Juga: Fakta Nyata! Spanyol Benar-benar Kuasai Jagat MotoGP, Nih Bukti-buktinya
Banyak produsen kembali meriset 2-Tak, bahkan sudah ada yang dijual bebas dan lolos regulasi Euro 4 yang ketat.
Misalnya line up motor trail 2-Tak dari KTM, yang pakai injeksi elektronik langsung bernama TPI.
Source | : | GridOto.com,Motorsportmagazine.com |
Penulis | : | Reyhan Firdaus |
Editor | : | Joni Lono Mulia |
KOMENTAR