MOTOR Plus-Online.com - Viral kasus anak moge keroyok anggota TNI, anggota DPR nilai moge hanya cocok jadi kendaraan militer, setuju gak?
Beberapa waktu viral video kasus anak moge mengeroyok 2 anggota TNI.
Kejadian tersebut terjadi terhadap dua anggota TNI AD di Bukittinggi, Sumatera Barat pada Jumat (30/10) kemarin.
Tak berselang lama kepolisian berhasil mengamankan oknum anggota klub motor gede yang terlibat pengeroyokan.
Baca Juga: SIM Bikers Hilang? Intip Syarat dan Biaya Buat Mengurus SIM nya Kembali
Nah sejalan dengan hal tersebut, salah seorang anggota DPR menilai bahwa moge hanya cocok sebagai kendaraan militer.
Anggota DPR RI tersebut Dedi Mulyadi yang menilai motor gede lebih cocok digunakan untuk kendaraan taktis militer.
Hal itu sesuai dengan sejarah keberadaan motor gede (moge) di Indonesia.
Dedi menjelaskan, motor gede awalnya motor gede muncul saat terjadinya perang dunia ke-1 dan ke-2.
Baca Juga: 40 Kode Rahasia Telkomsel Paket Kuota Internet Gratis, Buruan Sikat! Mulai 30GB Hingga 50 GB Bro
Saat itu, motor gede dipakai untuk kendaraan taktis militer, termasuk di Indonesia.
"Nah, saat ini pun moge cocok jika digunakan sebagai kendaraan taktis TNI, bukan dipakai di jalan raya seperti sekarang," kata Dedi lansir dari Tribun Jabar, Selasa (3/11/2020).
Saat ini pun, lanjut Dedi, motor gede masih cocok dipakai untuk kepentingan militer.
Selain untuk kebutuhan perang, motor berbadan bongsor itu bisa dipakai untuk mengangkut banyak muatan di daerah perkebunan.
Baca Juga: Update Harga Motor Matic Honda November 2020, Ternyata Motor Ini Masih Paling Murah
Bahkan, motor tersebut juga bisa dipakai untuk kendaraan operasional dalam pembangunan di daerah pedalaman.
"Jadi kalau bicara kebutuhan, moge justru dibutuhkan oleh TNI sebagai kendaraan taktis untuk mengangkut logistik sampai mengangkut warga pedalaman yang membutuhkan pertolongan," kata Dedi yang juga seorang putra anggota TNI itu.
Dedi mengusulkan motor gede dikembalikan fungsinya sebagai kendaraan TNI, baik untuk perang maupun membantu pembangunan di daerah terpencil yang hanya terjangkau oleh motor.
Hal tersebut dikatakan Dedi karena motor gede dikembalikan ke TNI juga untuk mencegah arogansi masyarakat sipil yang menggunakannya.
Baca Juga: Wuih, Diam-diam Valentino Rossi Sudah Daftar Balap Endurance 12 Jam di Abu Dhabi
Rata-rata warga sipil yang mengendarai motor gede, sering berlaku sombong di jalan.
Apalagi ketika rombongan pengendara motor gede dikawal aparat sehingga para pengguna jalan lainnya harus meminggirkan kendaraannya.
Anggota DPR dari Fraksi Golkar juga menilai motor gede sebenarnya tidak cocok digunakan di jalan umum.
Sebab, rata-rata jalan di Indonesia ukurannya sempit dan padat kendaraan.
" Motor gede cocok di Amerika karena jalannya lebar-lebar dan relatif sepi," kata Dedi.
Baca Juga: Terungkap, Semua Motor Bisa Juara Nih di MotoGP Eropa 2020, Bisa Begitu?
Ia menyebutkan, jalan nasional di Indonesia hanya memiliki lebar 11 meter, jalan provinsi 9 meter, jalan kabupaten 7,5 meter, jalan desa 3,5 meter dan jalan tol memiliki lebar 23 meter.
Sementara motor gede harus dijalankan dengan kecepatan tinggi karena badannya lebar dan bobotnya berat sehingga akan sulit ketika dikendarai secara pelan-pelan.
"Jalannya sempit tapi moge kan tak bisa jalan pelan-pelan, maka rombongan moge ini harus negbut sehingga meminggirkan pengguna jalan yang lain. Di sinilah persoalannya," kata Dedi.
Menurutnya, moge hanya cocok untuk di jalan tol yang lebar. Namun aturan melarang motor memasuki tol.
Sebelumnya, dua anggota TNI dari Kodim 0304/Agam, Serda M Ysuuf dan Serda Mustari dikeroyok anggota klub motor gede di Bukittinggi, Sumatera Barat.
Baca Juga: Cuma Punya SIM C Bantuan Rp 900 Ribu Langsung Ditransfer Masuk Rekening, Apa Iya? Ini Penjelasannya
Kedua korban bukan hanya dikeroyok, tetapi juga diancam akan ditembak.
Polisi sudah berusaha melerai kejadian itu namun malah hampir kena pukulan oknum anggota klub moge yang sudah sangat emosi.
Kepolisian kini sudah menahan 5 anggota moge yang diduga terlibat dalam penganiayaan itu.
Kelimanya sudah ditetapkan menjadi tersangka.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | M Aziz Atthoriq |
Editor | : | Indra GT |
KOMENTAR