Namun bukan cedera parah di pergelangan kaki membuat Rinne enggak bisa balapan lagi, melainkan sepucuk surat dari Bernie Ecclestone yang saat itu memiliki kuasa untuk menentukan apakah seorang pembalap bisa lanjut balapan atau tidak.
Dikutip dari motoress.com, Taru Rinne menyebut kalau surat yang diterimanya itu adalah kekecewaan terbesar dalam hidupnya.
Namun bukan berarti kisah balapan Taru Rinne berakhir, ia sempat merasakan balapan lagi pada di balapan lokal Finlandia, hingga di GP Jerman pada tahun 1993.
Meski enggak sampai ke kelas para raja alias GP500, kisah Taru Rinne di balapan GP125 sudah sangat membanggakan dan membuka mata dunia kalau cewek juga bisa ngegas dengan kencang (dan benar).
Baca Juga: Terungkap, Juara Dunia MotoGP 2020 Disponsori Minuman, Nih Buktinya
Dari Taru Rinne ini muncul lagi pembalap-pembalap wanita yang akhirnya sukses juga menorehkan poin di balapan GP seperti Katja Poensgen, Ana Carrasco, hingga Maria Herrera.
Rinne sempat mengomentari kemenangan Ana Carrasco di balapan FIM SuperSport 300 pada tahun 2018 lalu.
"Saya senang sekali melihat Ana merebut gelar itu. Memang saya selalu senang ketika melihat ada wanita yang sukses di balapan. Yang Ana lakukan adalah sesuatu yang sangat saya hormati," ungkapnya sebagaimana dikutip GridOto dari FIM-live.
Semoga saja bisa ada penerus Taru Rinne dari Indonesia ya, sebab di sini memang banyak wanita yang bisa kencang kalau naik motor.
Baca Juga: Monster Energy Sponsori Suzuki Tahun Depan, Gara-gara Dominan Di 2020
Source | : | GridOto.com,alchetron.com,Motoress |
Penulis | : | Fadhliansyah |
Editor | : | Fadhliansyah |
KOMENTAR