MOTOR Plus-online.com - Bos Suzuki MotoGP, Davide Brivio mengungkap kesederhanaan motor MotoGP GSX-RR yang mirip seperti motor-motor produksi massal.
Perebutan gelar juara dunia MotoGP 2020 oleh Joan Mir dan Alex Rins tak pelak membawa GSX-RR menjadi pusat perhatian.
Bahkan, bintang Yamaha, Fabio Quartararo pernah menyebut Suzuki sebagai motor yang sempurna.
Mantan pembalap Ducati, Andrea Dovizioso juga melihat kekuatan besar dalam sepeda motor paling sederhana di Kejuaraan Dunia MotoGP.
Baca Juga: Legenda Balap Suzuki Wanti-wanti Juara Dunia MotoGP 2020, Kenapa Ya?
Baca Juga: Tes MotoGP 2021 Di Sirkuit Sepang Diperketat, Begini Skenarionya
"Jika Anda bekerja dengan baik pada hal-hal dasar tertentu, Anda tidak perlu menghasilkan sesuatu yang istimewa," kata Andrea Dovizioso.
“Saya bukan seorang mekanik, tapi dari sudut pandang saya, Suzuki mungkin salah satu motor paling sederhana tanpa suku cadang yang bagus."
"Suzuki dan Honda adalah motor yang paling sederhana,” buka Davide Brivio.
“Kami tidak memiliki banyak hal, kami baru saja menambahkan Holeshoot Device tahun lalu, di bagian depan. Kami tidak memiliki pengatur ketinggian kendaraan, kami tidak memiliki banyak hal," lanjutnya.
“Terkadang mekanik kami bercanda bahwa kami memiliki mesin produksi massal, seperti motor jalan raya,” bilang manajer tim Suzuki Ecstar sambil tersenyum.
Baca Juga: Berani Banget, Bos Suzuki Tantang Marc Marquez Di MotoGP 2021
“Tapi mereka bilang begitu karena sangat mudah dikerjakan, mudah dirakit. Cepat saat Anda ingin mengubah sesuatu, mengganti mesin."
"Saya tidak tahu apakah itu kuncinya, tapi ini pasti keuntungan," sebutnya.
“Di Suzuki, saya menemukan pengetahuan mesin yang hebat. Anda bisa lihat bahwa pada motor produksinya selalu berkualitas tinggi," tambah pria asal Italia itu.
“Ini juga tercermin dalam balapan. Mereka juga bagus dalam hal sasis dan milik kami sedikit berbeda dibandingkan dengan yang lain," ungkapnya.
“Sasis yang kami gunakan didasarkan pada konsep yang telah kami kembangkan sejak 2014 ketika kami pertama kali mengujinya dengan Randy de Puniet."
Baca Juga: Test Rider MotoGP Simulasi Ngegas Motor, Badan Gerak Mata Terpejam
"Konsep ini bertahan hingga saat ini, meski ada pengembangan,” jelas manajer tim Suzuki itu lebih detail."
“Kami mengubah sasis sedikit di sana-sini musim dingin lalu. Di Jepang, mereka memiliki banyak pengetahuan dalam hal ini," sebutnya.
"Suzuki mundur pada 2011 saat mesin masih V4. Mereka menerima permintaan dari manajemen puncak. Mesin balap haruslah mesin in-line karena kita harus balapan dengan apa yang kita jual," tambah Brivio.
"Suzuki ingin menggabungkan apa yang mereka jual dengan apa yang mereka balapan sebanyak mungkin. Kami berlomba untuk mengembangkan teknologi dan mempromosikan merek," lanjutnya.
“Para mekanik harus mengubah segalanya dan Suzuki tidak memiliki banyak pengalaman dengan mesin empat silinder in-line," aku Brivio.
Baca Juga: Sukses Di KTM, Crutchlow Tantang Dani Pedrosa ke Yamaha Atau Suzuki
"Di Superbike, dengan motor produksi massal, tapi tidak di MotoGP, selalu ada V4."
"Mereka setuju dalam waktu singkat untuk menerapkannya," bilang Davide Brivio.
“Selama beberapa tahun ini kami telah mencoba bersama tim untuk membuatnya tetap sederhana."
"Tidak membuat kesalahan, memilih suku cadang baru dengan hati-hati dan dengan hati-hati memeriksa mana yang berhasil dan apa yang tidak sebelum keputusan dibuat," jelas Brivio.
“Mungkin kami tidak selalu membawa banyak suku cadang baru, tetapi kami mengerjakan beberapa hal musim dingin lalu," ungkapnya.
Baca Juga: Hitungan Bulan, Keputusan Suzuki Bikin Tim Satelit di MotoGP 2022
"Hal terpenting: Kami mengerjakan mesin dan sasis. Dan hanya beberapa hal kecil lainnya," tutup Davide Brivio.
Source | : | Speedweek.com |
Penulis | : | Indra Fikri |
Editor | : | Joni Lono Mulia |
KOMENTAR