Kalau gue, kebanyakan klien sudah tahu mau modifikasi seperti apa ketika datang ke Lawless. Biasanya, mereka mau tampilannya klasik, tapi tetap rapi dan enak dipakai. Jadi, gue se-simpel bertanya ke klien “lo mau bangun motor dengan genre kustom apa? Apakah ada referensi sendiri?”.
Dari situ, baru deh gue beri gambaran yang kira-kira cocok sama karakter orang tersebut, mulai dari segi proporsi sampai finishing-nya.
SA: Lawless Jakarta sebagai sebuah konsorsium bisnis memiliki beberapa usaha lain selain bengkel. Bagaimana cara lo supaya enggak hilang fokus dalam menjalankan bisnis, khususnya LJG dalam menghadapi kondisi saat ini?
LJG: Gue bagi waktu kalau sekarang. Gue enggak bisa setiap waktu ada di bengkel karena kita berlima juga punya peran masing-masing untuk mengurus unit bisnis kita yang lain.
Kalau di LJG, gue menganggap bengkel sebagai tempat main dan mengurus motor bersama tim bengkel, jadi terasa lebih enjoy. Dengan situasi kayak sekarang, enggak terlalu jauh berbeda kalau urusan bengkel, karena memang motor di bengkel sudah banyak banget yang belum kepegang. Saatnya tim fokus untuk menyelesaikan satu-satu sih.
Baca Juga: Ribuan Motor Keren Mampir ke Sekepal Aspal
Selain itu, kondisi di bengkel juga belum bisa menerima motor baru untuk digarap, kita masih menyelesaikan PR-PR kita. Jadi enggak jauh berubah sih timeline di bengkel. Gitu!
Itulah obrolan Sekepal Aspal bersama Lawless Jakarta Garage. Selain Lawless Jakarta Garage, masih banyak builder-builder lain yang akan diajak ngobrol. Jadi, ikuti terus informasi terkini soal Sekepal Aspal Talk Special Edition. (*)
Penulis | : | Fathia Yasmine |
Editor | : | Sheila Respati |