TWBW: Kami terbilang aktif. Mulai dari 2014, sepulang dari salah satu event besar Kustom Indonesia di Jogja, kami mengadakan gathering sekaligus exhibition kecil-kecilan di skena kustom. Saat itu kami berhasil mengajak kurang lebih 300 orang.
Kami juga mempunyai kegiatan riding bernama Ridevolution yang selalu diadakan setiap 17 Agustus dengan tema Kustom Party Ride. Memasuki 2016 sampai 2018, setiap tahunnya kami memegang movement Distinguished Gentlemen Ride (DGR) yang berhasil mengajak rekan-rekan pemotor kustom dan klasik. Biasanya ada sekitar 500 peserta yang turun ke jalan.
Baca Juga: Sekepal Aspal, Ajang Kumpul Penggila Motor Modifikasi yang Kedua Kalinya
SA: Ada movement lain dari The Wild Brain Workshop yang bisa diceritakan enggak?
TWBW: Ada. Berkat support dan antusiasme rekan setiap skena di lingkungan kota Medan, di akhir 2018 kami berhasil memiliki event sendiri namanya Hard Line Show. Event ini tujuannya untuk mewadahi hasil karya dan kreatifitas anak Medan. Kami sangat berharap Hard Line Show bisa ter-publish ke kota lain dan kancah internasional.
Memasuki 2019 - 2020, kami membentuk subdivisi yang menggawangi movement di bidang sosial lingkungan bernama Medan Ride Foundation. Kami ajak rekan-rekan permotoran kustom, klasik, motor cc besar dan kecil untuk silaturahmi dalam satu wadah.
Dalam satu tahun, kami rutin tiga sampai empat kali mengadakan movement untuk turun ke jalan dengan berbagai momen dan tema. Jumlah pesertanya mencapai 300-400 orang. Semua kami lakukan untuk memajukan skena kustom kulture di kota Medan.
SA: Di tengah situasi seperti sekarang, bagaimana lo dan teman-teman di TWBW bisa survive dan tetap meramaikan skena kustom di Medan?
TWBW: Sebenarnya sangat disayangkan. TWBW sebenarnya sedang mempersiapkan Hard Line Show dengan konten, tema, dan persiapan yang lebih besar dari sebelumnya. Ternyata acara harus di-pending H-3 karena situasi yang tidak memungkinkan. Namun, kami enggak ingin situasi seperti saat ini membuat dunia kustom kulture, di Medan khususnya, menjadi drop atau hilang semangat.
Untuk workshop, TWBW tetap kembali mengerjakan karya-karya motor. Saat situasi sudah mulai membaik, Medan Ride Foundation akan kembali mengajak rekan-rekan permotoran di Medan dan sekitarnya untuk membangun spirit bermotor dan turun ke jalan.
SA: Seberapa pentingnya silaturahmi dan berjejaring dengan pegiat kustom kulture di kota-kota lain menurut lo?
TWBW: Bagi gue pribadi, penting sekali silaturahmi dalam dunia kustom kulture. Dari sini gue benar-benar banyak belajar dan memahami ternyata terjun ke dunia kustom kulture bisa dapat banyak info, pengetahuan, persaudaraan, hingga berbicara bisnis di dalamnya. Gue bisa mengenal dan dikenal teman-teman di luar Medan.
Namun, yang paling utama gue dan rekan-rekan The Wild Brain Workshop setelah pelan-pelan belajar sampai saat ini dan mulai memahami bagaimana dunia kustom kulture. Kami juga semakin merasa mempunyai tanggung jawab dan ingin memajukan kota Medan dalam dunia kustom kulture di Indonesia.
Kota Medan bisa membuktikan juga hasil kreativitas anak mudanya ke kancah Internasional dan bukan lagi menjadi kota metropolitan yang tertinggal seperti sebelumnya.
Sekepal Aspal Talk Special Edition: The Wild Brain Workshop juga dapat disimak di akun Instagram @sekepalaspal. Ke depannya, masih ada lagi workshop dan komunitas kustom keren yang bakal hadir di bincang-bincang tersebut. Ikuti terus update-nya.
Penulis | : | Yussy Maulia |
Editor | : | Sheila Respati |