MOTOR Plus-online.com - Ini dia awal mula motor Honda Tena 110 cc mengguncang balap motor road race underbone 2-Tak di Indonesia.
Ilmu korek underbone nasional dibongkar, Honda Tena 110 milik Rafid Poppy Sugiarto.
Konsentrasinya ada di rpm dan kompresi.
"Itu rumus HRC Thailand," kata almarhum Benny Djati Utomo, pawang Honda Tena dari Star Motors di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
Baca Juga: Ini Alasan Honda Tena 110 di Balap Road Race Underbone Susah Kencang
Baca Juga: Nostalgia, Awal Mula Masuknya Honda Tena 110 Balap Underbone 2-tak
Tahun 2001, Benny Djati Utomo bertemu MOTOR Plus di Honda Racing Coorporation (HRC) Thailand.
Doi menimba ilmu di sana.
Pakai blok siiinder rpm ganas, Tena bisa melontar hingga 14.000 rpm.
Jika pilih blok siiinder kompresi dengan bengis, rpm-nya mentok di 13.000.
Baca Juga: Jadi Legenda 2 -Tak, Gak Sangka Ahmad Jayadi Sebut Honda Tena Awalnya Bukan Motor Kencang
"Waktu pengapian kompresi tinggi 3°-5°. Sedang mementingkan rpm, 8°-10° sebelum TMA," pasti Benny yang mencaplok magnet pangapian DC produk HRC itu.
Benny punya 3 blok siiinder oversize 225 dan 5 kepala siiinder.
Alhasil, kapasitas bengkak jadi 114,7 cc dari standarnya 105 cc.
Satu siiinder spesial untuk main di Sentul.
Baca Juga: Ajib, Ahmad Jayadi Lebarkan Usaha, Perawatan Motor Bisa Sambil Ngupi
Dua lainnya buat rpm dan kompresi.
"Desainnya disimulasi komputer program M0TA dan TSR," jujur Bedu begitu kerap Benny Djati Utomo disapa.
Sesungguhnya mengolah rpm dan kompresi, klasik di belantika moditikasi road race.
Tetap dari tinggi lubang buang.
Baca Juga: Ingat Tragedi Road Race di Solo Tahun 1999? Panitia Jadi Korban
Contoh bermain rpm, durasi atau waktu buka lubang buang dimelarkan sampai 205° dihitung dari siklus kruk-as.
Dikonversi, tinggi lubang buang 22,7 mm (standar 29 mm) dari bibir siiinder.
Pasangannya kepala siiinder volume 9,8 cc.
Bandingkan jika mengutamakan kompresi, durasi cukup 200°.
Baca Juga: Nostalgia, 4 Pembalap Wanita Penakluk Underbone 2-Tak Tahun '90-an
Tinggi lubang buang dari permukaan siiinder, kira-kira 23,6 mm.
Apalagi menganut volume kepala siiinder 9,3 cc.
"Kompresi 8:1. Bisa lebih, asal tersedia bahan bakar racing," tabir Benny panggilan akrabnya.
Dua siiinder itu erat dengan prestasi Poppy menggoyang pasar senggol.
Baca Juga: Dewa Road Race Indonesia Ternyata Pernah Juara Gokart, Ini Faktanya
Seri 6 region 2 Purwokerto, disumpal siiinder kompresi tinggi.
Di seri 7 Kenjeran, dipasok siiinder 14.000 rpm.
"Keduanya disetel dari gigi akhir (final gear)," kata Poppy.
Di Kenjeran diputar sproket belakang 45 dan depan 12.
Baca Juga: Ketua IMI Baru, Bamsoet Survey Lahan Untuk Bikin Sirkuit Baru di Bali
Andai ngotot kompresi tinggi, rasio wajib turun 1,5 mata lebih-berat.
Jangan sampai kompresi tinggi ngooook, macet gara-gara keentengan gir.
Rpm tinggi, akselerasi awalnya loyo, enggak kilat menggapai torsi.
Power baru didapat pada 7.000 rpm, akibat singkatnya tinggi lubang buang.
Baca Juga: Jelang Pemilihan Ketua IMI Pusat Yang Baru, Inilah Harapan Tim-tim Balap Motor Indonesia
Nah, gigi akhir enteng, solusi mengejar tenaga itu.
Beda kompresi tinggi, tenaga dipancing sejak 5.000 rpm.
Makanya, butuh gir berat.
Kedua konsep ini bisa dikawinkan sesuai sirkuit.
Juga didukung tiga pilihan knalpot produk HRC.
"Ada tabung kecil, sedang dan besar," bangga Benny yang mengaku kegagalannya yang dulu akibat salah CDI.
Penulis | : | Indra Fikri |
Editor | : | Joni Lono Mulia |
KOMENTAR